Friday 4 July 2014

Menghadapi SUUDZON

Allah menyebutkan bahwa sebagian dari prasangka adalah dosa.
Memang benar, karena pada kenyataannya prasangka itu hampir selalu mengikuti keinginan hawa nafsu.
Ketika seseorang mendapatkan sesuatu berita negatif (yang belum pasti kebenarannya), maka dengan pantasnya syaitan duduk di sampingnya, menambahkan berita itu dengan beribu macam dugaan dan membisikannya ke dalam hati manusia.
Hendaklah kita segera menepis segala pemikiran, dugaan, prasangka yang terlintas, agar kita tidak terjerumus ke dalam dosa dan segera beristighfar minta ampun kepada Allah.

Selanjutnya Allah pun melarang kita kaum muslimin mencari-cari kesalahan orang lain (apalagi saudara sendiri) dan mengaibkan mereka, hingga Allah memisalkan perbuatan tersebut seperti memakan daging saudara sendiri.
Siapakah yang sudi memakan daging seperti itu ?

Jika kita kebetulan mendengar sesuatu hal tentang saudara kita, yang belum teruji kebenarannya, maka wajiblah bagi kita untuk mendahulukan prasangka baik (husnudzon) sebelum prasangka buruk (su’udzon).
Prasangka baik inilah yang Insya Allah akan menjadikan hubungan persaudaraan (ukhuwah) semakin erat dan melindungi kita dari penyakit hati iri dan dengki terhadap saudara seiman.
Ikatan persaudaraan yang dilandasi oleh iman, yang terlindung dari prasangka buruk dan kedengkian inilah yang akan mampu membangunkan Islam yang tahan menghadapi serangan panas, hujan dan badai.

Amin.
Semoga bermanfaat. (semoga saya gak ada salah pengejaan ya, terutama kutipan ayat-ayat suci Allah)
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
C U in the next topic :)

Mengikis Suudzonisme

Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita dengar orang berbicara dengan nada pesimis (sinis, negatif, ragu-ragu, minder dll) dan sok tahu. Sikap ini didasari ketidakmauan untuk mencari kejelasan terhadap suatu perkara. Hal ini bahkan terjadi pada diri kita sendiri. Atau ada di antara kita yang suka menghukumi dan menghakimi suatu perkara dengan hanya berdasar pada bukti dan data yang sangat sedikit ( minim).

Baru mendengar kabar dari seseorang, langsung dipercaya, dan sudah berani berkomentar macam-macam. Sikap-sikap seperti ini biasanya muncul karena kita sering terburu-buru berprasangka terhadap suatu perkara yang belum jelas. Atau kalaupun sudah jelas perkara tersebut, kita kurang bijaksana dalam menyikapinya.

(QS. Yunus 36)[2].
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Maka yang muncul kemudian emosi, marah, mau menang sendiri, dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Dengan kata lain, menjadi sok benar sendiri. Sikap menganggap dirinya yang paling benar inilah yang sering jadi penyakit di tengah masyarakat. Sikap menganggap hanya dirinyalah yang paling berpengalaman, paling bisa, paling pinter, paling tinggi derajadnya dan lain sebagainya.

Sikap ini mengingkari kenyataan ( menegasikan) bahwa banyak orang di sekitar kita yang mungkin lebih pinter, lebih berpengalaman, lebih berhak bicara. Masih banyak yang lebih suka mencari-cari kesalahan orang lain dan tidak mau instropeksi diri (muhasabah ).

Begitu luas akibat (implikasi) buruk yang ditimbulkan oleh sikap suudzon atau buruk sangka ini. Orang yang suka suudzon cenderung suka menilai orang lain dengan memperbesar kekurangannya. Maka dicari-carilah kekurangannya. Kelebihan yang tampak pada orang lain selalu ditutup-tutupi, atau kalaupun disebut maka hanya sedikit dengan maksud untuk menjatuhkan. Tak heran jika sikap suudzon ini bisa menjauhkan orang dari sahabat-sahabatnya atau teman-temannya. Orang lain jadi tidak mau mendekat karena takut dinilai kesehariannya atau sifatnya. Kalau sudah tidak ada yang mendekat maka akses apapun akan sulit didapat termasuk akses usaha dan bisnis. Inilah mengapa, suudzon bisa menutup jalan rejeki.

Apalagi kalau sampai suudzon kepada Alloh. Artinya selalu berprasangka yang tidak baik kepada Alloh. Ini ditunjukkan dengan sikap pesimisme, menyerah pada nasib, suka mengeluh dan lain-lain. Hampir tidak ada celah positif dalam hidupnya. Ini menimbulkan persepsi diri yang selalu negatif; pesimis, suka mengeluh, suka nyacat, menilai jelek orang lain, suka mencari-cari kesalahan, gengsi dll.

Mengatasi hal ini tak lain dan tak bukan hanyalah dengan mengubah pola pikir kita dalam menghadapi sesuatu. Kita menyangka baik terhadap orang lain, kalau sangkaan itu salah maka kita tetap dapat pahala kebaikan, tetapi sebaliknya kalau kita suudzon terhadap orang lain, kalau sangkaan buruk itu benar kita tetap berdosa, apalagi kalau sampai sangkaan itu salah. berangkat dari suudzon ini pula kita sering terjatuh ke dalam kubangan Lumpur mnggunjing jeleknya orang lain. Na’udzubillahi min dzaalik.

TIPS menghindari suudzon (buruk sangka):
1. Perbesar penghargaan pada orang lain
2. Mau belajar dari orang lain
3. Perbanyak ilmu; Ilmu agama, social, dsb.
4. Banyak bergaul dengan orang lain
5. Terbuka, tidak suka menyembunyikan sesuatu/ masalah
6. Apa adanya
7. Perbanyak pengalaman
8. Perbanyak kegiatan, jangan suka menganggur. Menganggur adalah sumber masalah.
9. Khusnudzon; baik sangka pada orang lain dan kepada Alloh ( pandai bersyukur).

Seberapa kualitas diri kita
Allah menyebut kualitas dengan bahasa-bahasa yang sangat indah dalam AL Qur’an; Muttaqiin (orang-orang yang bertaqwa), muhsiniin (orang-orang yang suka membalas dengan lebih baik), Ahsan ( lebih baik), Shoobiriin (orang-orang yang sabar), Syaakiriin (orang yang banyak bersyukur), dll.

Kualitas seseorang bisa diukur dari bicaranya.
Orang berkualitas baik/ tinggi adalah otrang yang bicara pada waktu dan tempat yang tepat, dan sarat dengan hikmah, yaitu mengandung ide, gagasan , ilmu, dzikir, dan solusi yang bermanfaat bagi semua orang. Tentunya tanpa bersikap menggurui orang lain, karena kalau sudah suka menggurui orang lain maka yang muncul adalah sikap sok pinter. Jadi dalam berbicara harus proporsional (lihat-lihat).

Orang berkualitas diri biasa-biasa saja mempunyai ciri dari ucapan yang sibuk menceritakan peristiwa-peristiwa yang dia alami atau ketahui. Suka ngrumpi mungkin lebih pasnya. Kalau ngobrol gak mau berhenti ngomongnya. Ngalor-ngidul selalu ada yang dibicarakan meskipun kurang bermanfaat.
Sedangkan orang berkualitas rendahan dalam berkata-kata yaitu suka membawa permasalahan ke manapun dia berada, yaitu suka mengeluh, mencela atau menghina. Termaasuk di dalamnya suka mencari-cari kesalahan dan kekurangan orang lain. Suka mengeluh adalah ciri orang yang kurang bisa bersyukur atas nikmat 4jjl.
(dikutip dari Taushiyah Aa’ Gym)

Ada makalah ‘ulama yang mengatakan bahwa sebagian besar orang terjerumus ke dalam dosa disebabkan karena lisannya. Di sekitar kita dan bahkan diri kita sendiri masih sulit mengendalikannya. Kita lebih suka mencari-cari negatifnya daripada mencari sisi positifnya.

Wednesday 2 July 2014

George Danzig

George Danzig adalah seorang mahasiswa di salah satu universitas, kala itu ia terlambat untuk datang pada mata kuliah matematika, ia memasuki kelas namun ternyata teman-temannya sudah pada bubar.

George melihat 2 buah soal pada papan tulis itu, ia berpikir bahwa itu pasti adalah PR yang baru diberikan oleh Profesornya, sehingga dia mencatat pada bukunya dan membawanya ke rumah.

Berhari-hari dia mencoba untuk menyelesaikan PR tersebut, berbagai cara ia coba.

Mungkin ia berpikir
“Tidak biasanya dosen memberi tugas demikian sulitnya, tapi pasti ada jawabannya, pasti ada….”

Pada akhirnya, ia berhasil mengerjakan soal nomor 1.

Ia mengira itu adalah PR sehingga ia mengumpulkan tugas tersebut pada profesornya dan meletakkan di ruang kerja profesor tersebut.

Ketika siang hari, dia di cari oleh sang profesor tersebut, sang profesor bertanya bagaimana dia bisa menyelesaikan soal tersebut.

George menjelaskan bahwa ketika itu dia terlambat mengikuti mata kuliahnya dan dia hanya melihat 2 soal itu di papan tulis dan menganggap bahwa itu (mungkin) adalah PR.

Anda tahu apa jawaban dari sang profesor tersebut?

Soal itu ditulis sang profesor ketika sedang menjelaskan tentang 2 buah soal tersulit di muka bumi ini dan hingga pada saat itu tdk ada yang bisa memecahkannya!
Berarti, kalau saja saat itu George mengikuti mata kuliah tersebut, mungkin saat itu ia berpikir bahwa itu memang soal tersulit & berpikir bahwa memang tak seorang pun dapat menyelesaikannya. Mungkin saja ia bisa teracuni oleh kata² profesornya tentang sulitnya soal itu.

Saat ini ia menjadi profesor terkenal di Stanford University, dialah pemecah soal tersulit, & dia memecahkannya ketika dia memang tak tahu bahwa yg dikerjakannya adalah soal tersulit yg pernah ada.

PESAN MORAL
Sesuatu akan terasa sulit apabila kita menganggap sulit, maka alangkah baiknya kita memulai sesuatu tanpa anggapan sulit karena sesungguhnya hal sulit hanyalah sebuah anggapan

Kemarin , Hari Ini dan Esok

Dari 7 hari dalam seminggu, sebenar nya ada dua hari yang tidak perlu di khawatirkan. Coba tebak, hari apakah itu?

Dua hari tersebut adalah hari Kemarin dan hari Esok. Siapa yang perlu mengkhawatir kan lagi hari Kemarin?

? Hari di mana semua kesalahan, kekurangan, kecewa, sakit hati kita alami.
? Hari di mana kita kehilangan seseorang atau sesuatu yang kita sayangi.
? Hari di mana kita merasa menjadi orang yang paling bodoh dan orang paling sial sedunia.
? Hari di mana kita menyakiti hati orang yang kita cinta
? Hari di mana kita mengalami kegagalan dan penolakan.
? Hari di mana bahkan mungkin serupiahpun tak ada di dalam kantong kita.

Tetapi bagaimanapun semua hari itu sudah berlalu. Hari itu sudah usai dan berapapun uang yang kita punya, tak akan bisa dipakai untuk membeli dan mengembalikan masa lalu untuk diperbaiki.

Untuk itulah kita tak perlu berulang kali menoleh ke belakang dan meratapi semua yang telah terjadi.

Dan hari lain yang tak perlu kita khawatirkan lagi adalah hari Esok!

? Hari di mana kita sangat penasaran akan banyak hal yg belum terjadi. Ya…!!! BELUM TERJADI.
? Hari di mana kita tak tahu sampai kapan nafas kita akan berhembus, dan jantung kita akan berhenti berdetak.
? Hari di mana mungkin kita akan berhasil tetapi mungkin juga bisa gagal.

•Tetapi mengapa harus kita khawatirkan ……..?

Mengapa harus kita pikirkan kalau Hari Ini saja masih bisa kita perjuangkan?

Dan jika Hari Ini ada kesempatan kita melakukan banyak hal..
Maka …..

-> Lakukanlah semua Pekerjaan kita Sebaik Mungkin .

-> Lakukanlah semua hal yg kita Impikan dan kita Inginkan.

-> Lakukanlah semua hal yang bisa membuat orang-orang kita sayangi menjadi bahagia.

-> Lakukanlah semua hal positif yang bisa menggembirakan.

•Sehingga kita tak perlu lagi mengkhawatirkan hari kemarin dan hari esok.

Biarkanlah semua itu berjalan apa adanya. Mari kita berusaha untuk menjadi sebaik Mungkin.

Like dan Share jika anda setuju mengenai hal ini.

Menjadi Ibu Rumah Tangga Itu Bukan Pekerjaan, Melainkan Anugerah


Beberapa hari lalu, sempat membaca sebuah postingan di social media yang bertuliskan sebagai berikut:

Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Tugas: Harus serba bisa

- Bisa jadi pembantu
- Bisa jadi suster
- Bisa jadi istri
- Bisa jadi tukang belanja
- Bisa jadi koki
- Bisa jadi guru les
- Bisa jadi manager, dll

Jam kerja: dari melek mata – tidur
Cuti/ libur: tidak ada
Gaji/ bonus: tidak ada

Jangan pernah menyepelekan, menghina atau merendahkan ibu rumah tangga!!!

Tertegun sekian lama, memang ada orang yang iseng berkata “sayang banget sudah sekolah tinggi tapi cuma di rumah saja,” tetapi kalau dipikir lagi apakah memang niatnya menyepelekan, menghina atau merendahkan ibu rumah tangga?

Berlebihan kalau saya bilang. Berpikir bahwa hal tersebut bermaksud merendahkan bukanlah sebuah sikap bijaksana seorang wanita dewasa.

Tidak, menjadi ibu rumah tangga bukanlah sebuah pekerjaan. Jangan malu mengakui kalau memang Anda tidak bekerja. Karena menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah anugerah, bukan pekerjaan.

Coba pikirkan kembali, bila jadi ibu rumah tangga adalah sebuah pekerjaan, bukankah seseorang bisa jenuh? bukankah seseorang bisa bosan? bukankah seseorang menuntut haknya? bukankah seseorang juga ingin digaji? bukankah seseorang akan melakukannya dengan pamrih? bukankah sebuah pekerjaan bisa membuat seseorang ingin berhenti melakukannya? bukankah sebuah pekerjaan bisa menjadi sebuah beban ketika rasanya sudah mentok?

Itulah sebabnya, ibu rumah tangga bukanlah titel yang cocok dimasukkan dalam kategori pekerjaan.

Menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah anugerah, di mana tidak semua wanita diberi kesempatan yang sama untuk mencicipinya. Kalau disebut anugerah, pahit atau manis yang terjadi tentunya patut disyukuri.

Ketika anak rewel, tetap bersyukur.
Ketika suami uring-uringan, tetap bersyukur.
Ketika cucian piring banyak, tetap bersyukur.
Ketika harus berpikir keras menggunakan uang belanja dan membaginya dengan uang sekolah anak, tetap bersyukur.

Ketika bisa membantu penghasilan suami, tetap bersyukur.
Apapun yang dialami oleh ibu rumah tangga tetap bersyukur, entah itu pahit atau manis, karena semuanya adalah anugerah.

Tidak ada orang yang akan berani menyepelekan, menghina atau merendahkan sebuah anugerah. Tidak akan ada lagi orang yang meremehkan seorang ibu rumah tangga bila Anda sendiri nyaman dan berani menunjukkan kebahagiaan anugerah yang Anda punya.

Syukuri dan nikmati bila Anda adalah seorang ibu rumah tangga. Tidak semua wanita bisa menikmati anugerah yang sama. Tidak semua wanita bisa merasakan kebahagiaan yang sama. Karena Anda adalah wanita-wanita hebat yang diberi anugerah mulia, maka mulai saat ini, katakan bahwa menjadi ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan Anda, namun sebuah anugerah luar biasa yang memberikan pengalaman hidup yang sangat nikmat.

Terima kasih sudah memberikan LIKE dan SHARE untuk artikel ini, jadikanlah semua teman-teman wanita Anda merasa beruntung dan bersyukur bisa menjadi ibu rumah tangga.