Sunday 23 November 2014

Bayi kecilku.. Buah hatiku..

"Buah hati kesayangan Bunda dan Ayah, kamu suda bersama kami hidup di dunia ini. Alhamdulillah. Bunda dan Ayah selalu berdoa semoga Allah mengasihimu dan meletakkan ketabahan dan kekuatan bagi Bunda dan Ayah untuk membesarkanmu sayang. Kehadiranmu menambah berjuta rasa cinta yang ada dalam diri kami. Kami juga akan menghadiahkan seluruh kecintaan ini buat dirimu, bayi kecilku :)

Semoga kamu dapat melihat dunia melalui pandangan kami, semoga kamu akan menjadi insan soleh dan terpuji di bawah didikan kami dengan izin Ya Rahman.

Sesungguhnya kami sangat menyayangi dirimu yang tlah melengkapkan mahligai indah milik kami berdua. Dan semoga kamu dapat menikmati seluruh kasih sayang kami yang tak berbatas hanya untuk dirimu".



Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa…
Hanya memberi tak harap kembali…
Bagai sang surya menyinari dunia…
  
Syair lagu yang sudah tidak asing lagi di telinga kita menggambarkan betapa besarnya kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Dari rahim seorang ibu, dengan kasih sayang dan tulus pengorbanannya lahirlah seorang pemimpin-pemimpin besar yang membanggakan. Pemimpin besar tidak serta merta muncul tanpa suatu proses, mereka tumbuh dan berkembang dari pemimpin-pemimpin kecil yang senantiasa mendapatkan asah, asih dan asuh dari seorang ibu.
Begitu juga denganku, seorang wanita muda yang baru saja menjadi seorang ibu. Beberapa rencana telah tersirat dan tersurat dalam berbagai tulisan di buku corat-coret diary. Berbagai langkah jitu atau SEJITU rencana yang tidak berlebihan tetapi luar biasa menurutku dalam menjalankan peran sebagai seorang ibu untuk pemimpin kecilku. Insyaallah.
 

Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa…
Hanya memberi tak harap kembali…
Bagai sang surya menyinari dunia…

Syair lagu yang sudah tidak asing lagi di telinga kita menggambarkan betapa besarnya kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Dari rahim seorang ibu, dengan kasih saying dan tulus pengorbanannya lahirlah seorang pemimpin-pemimpin besar yang membanggakan. Pemimpin besar tidak serta merta muncul tanpa suatu proses, mereka tumbuh dan berkembang dari pemimpin-pemimpin kecil yang senantiasa mendapatkan asah, asih dan asuh dari seorang ibu.
Begitu juga denganku, seorang wanita muda yang kelak mendambakan menjadi seorang ibu dari pemimpin-pemimpin kecil yang membanggakan. Beberapa rencana telah tersirat dan tersurat dalam berbagai tulisan di buku corat-coret diary. Sepuluh langkah jitu atau SEJITU rencana yang tidak berlebihan tetapi luar biasa menurutku dalam menjalankan peran sebagai seorang ibu untuk pemimpin kecilku.
- See more at: http://nutrisiuntukbangsa.org/aku-dia-dan-pemimpin-kecilku-2/#sthash.qsIVH2qr.dpuf
Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa…
Hanya memberi tak harap kembali…
Bagai sang surya menyinari dunia…

Syair lagu yang sudah tidak asing lagi di telinga kita menggambarkan betapa besarnya kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Dari rahim seorang ibu, dengan kasih saying dan tulus pengorbanannya lahirlah seorang pemimpin-pemimpin besar yang membanggakan. Pemimpin besar tidak serta merta muncul tanpa suatu proses, mereka tumbuh dan berkembang dari pemimpin-pemimpin kecil yang senantiasa mendapatkan asah, asih dan asuh dari seorang ibu.
Begitu juga denganku, seorang wanita muda yang kelak mendambakan menjadi seorang ibu dari pemimpin-pemimpin kecil yang membanggakan. Beberapa rencana telah tersirat dan tersurat dalam berbagai tulisan di buku corat-coret diary. Sepuluh langkah jitu atau SEJITU rencana yang tidak berlebihan tetapi luar biasa menurutku dalam menjalankan peran sebagai seorang ibu untuk pemimpin kecilku.
- See more at: http://nutrisiuntukbangsa.org/aku-dia-dan-pemimpin-kecilku-2/#sthash.qsIVH2qr.dpuf

Thursday 20 November 2014

Kesan Melahirkan "Subhanallah"

Pernah merasakan dalam badan Anda ada “benda” asing? Ya, misalnya tertusuk tulang ikan, atau ketulangan saat makan? Pasti tidak enak ya? Hanya sebagian kecil bagian tubuh kita yang diinvasi benda itu tapi bisa sekujur tubuh merasakannya. Apalagi kalau “benda” itu dibawa sampai berhari-hari. Wiiii ... bisa meriang, kan? Nah, begitu pun dengan hamil. Jujur, membawa “benda” asing di dalam diri, rasanya aneh. Badan tidak enak. Bisa dari kepala sampai kaki. Ada rasa mual, pegal-pegal, dan lain-lain. Badan si ibu harus tuning dengan keberadaan si jabang bayi, menyesuaikan sendiri pada “frekuensi” berapa ia merasa nyaman. Singkatnya, si ibu harus mengusahakan sendiri kenyamanannya.

Tapi, kehamilan itu sesuatu yang indah. Jadi, biarpun badan terasa tidak enak, hati bisa di-set bahagia terus. Apalagi menanti-nantinya, dengan mengkhayalkan rupa si jabang bayi setelah mengintipnya pada hasil pemeriksaan USG. Seru! Membaca perkembangannya dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan. Sambil berjuang mengatasi rasa tidak nyaman. Sambil tak menghiraukan keanehan yang tiba-tiba timbul, atau menghindari berbagai ancaman kesehatan yang mungkin terjadi (seperti pre eklampsia – keracunan kehamilan karena tekanan darah yang tiba-tiba naik).

Dan akhirnya tak terasa 9 bulan berlalu. Waah. Tegang, galau, bingung tapi asyik.
Seperti apa ya wajahnya?
Apa dia mirip Ayah atau Bundanya?
Seperti apa matanya?
Lengkapkah jari-jarinya?
Berapa berat badannya?
Benarkah jenis kelaminnya sama dengan yang terbaca di USG?

Lalu tibalah saat itu. Detik-detik ketika saya berada di ruang bersalin, berjuang mengeluarkan anak yang selama ini bersemayam dalam rahim saya. Alhamdulillah dalam proses normal.

Selalu ada kesan dibalik kejadian melahirkan bayi. Saya sendiri baru merasakan yang namanya melahirkan. Melahirkan identik dengan perjuangan dan pengorbanan. Berdasarkan pengalaman saya dan beberapa pengalaman teman yang saya dengar, melahirkan bayi menyiratkan dan menggambarkan jelas bahwa melahirkan mampu menembus batas. Yang tak berdaya menjadi berdaya, yang luka menjadi bahagia, yang lelah-payah menjadi puas, bahkan yang dirasa mustahil mampu terwujud apa adanya. Satu kata yang senantiasa mampir di dalam benak, tiap kali mengenang pengalaman melahirkan bayi adalah: Takjub. Subhanallah. 

Ketakjuban menjadi referensi berharga yang memenuhi ruang pengetahuan abstrak di dalam kepala. Sementara otak saya mengerut-ngerut merumuskan, bisa jadi Perjuangan & Pengorbanan melahirkan = Menembus batas x Ketakjuban. Artinya semakin besar perjuangan dan pengorbanan saat melahirkan maka semakin tebal batas yang ditembus dikalikan besarnya takjub yang semakin berlimpah. Khususnya mungkin saat melahirkan anak pertama. Jadi, masih meraba, menerka, dan akhirnya membuktikan sendiri yang namanya melahirkan. 

Inilah yang menarik! Pengalaman pertama tentu akan menjadi pelajaran yang berharga untuk mewujudkan pengalaman berikutnya menjadi lebih mudah, tenang, dan bahagia. Meskipun letupan-letupan tak terduga senantiasa ada untuk membuat kesan yang berbeda. Saya memiliki kesan bahwa melahirkan anak pertama dari persiapan hingga persalinan selesai, terdapat aura kebingungan. Bingung dengan analisis dokter yang menyarankan Caesar atau normal. Bingung memilih fasilitas kesehatan yang mendukung kemampuan. Bingung dengan ribetnya administrasi rujukan Faskes. Apalagi bingung karena pertanyaan mengapa ini sangat membingungkan? 

Bersyukurlah! Allah senantiasa menebas kebingungan bagi siapa saja yang meminta petunjuk-Nya. Allah mantapkan hati ini untuk memilih yang lebih diridhoi lewat istikharah. Allah gesitkan langkah kaki dengan disertai harap dan cemas. Allah fasihkan mulut mengucap pilihan terbaik. Ya Allah, bahkan ketakjuban saya bertambah-tambah saat bertemu dengan pasutri rantauan yang tak ditemani keluarga dekat saat proses melahirkan. Hanya berdua wara-wiri dan berupaya mandiri. Bahkan saya tak sanggup membayangkan jikalau saya melahirkan tanpa ditemani keluarga. Saya sangat membutuhkan dukungan dan doa, perhatian dan kasih sayang, kekuatan dan ketahanan, apalagi kemudahan dan kenyamanan. Siapa lagi kalau bukan keluarga yang benar-benar menjadi yang terdepan dalam membantu kelancaran proses melahirkan. Yaah bagaimanapun jua tiap wanita mendambakan hal yang ideal. Sekali lagi saya takjub pada wanita-wanita yang telah melewati fase melahirkan dengan kondisi dan kisah apapun. Selamat karena telah menumbas batas yang bergantung pada tingkat perjuangan dan pengorbanan. Saya yakin yang melewati fase melahirkan benar-benar telah mengamalkan salah satu ayat qur’an: "Tiada daya dan upaya melainkan pertolongan Allah". Ketakjuban di balik kejadian melahirkan sepatutnya dimuarakan pada Kebesaran Allah Ta’ala yang Maha Pengasih dan Penyayang. Alhamdulillah makin banyak bayi-bayi terlahir dari rahim keluarga muslim. Barakallah. Amiin.
Selalu ada kesan dibalik kejadian melahirkan bayi. Saya sendiri belum pernah merasakan yang namanya melahirkan. Hanya saja melahirkan demikian identik dengan perjuangan dan pengorbanan. Banyaknya pengalaman teman yang terjumpai menyiratkan dan menggambarkan jelas bahwa melahirkan mampu menembus batas. Yang tak berdaya menjadi berdaya, yang luka menjadi bahagia, yang lelah-payah menjadi puas, bahkan yang dirasa mustahil mampu terwujud apa adanya. Entah ke berapa kalinya saya dengar kisah para sahabat yang telah mengalami fase ini. Satu kata yang senantiasa mampir di dalam benak, tiap kali dengar kisah mereka adalah: Takjub. Ketakjuban kisah mereka menjadi referensi berharga yang memenuhi ruang pengetahuan abstrak di dalam kepala. Sementara otak saya mengerut-ngerut merumuskan, bisa jadi Perjuangan & Pengorbanan melahirkan = Menembus batas x Ketakjuban. Artinya semakin besar perjuangan dan pengorbanan saat melahirkan maka semakin tebal batas yang ditembus dikalikan besarnya takjub yang semakin berlimpah. Rata-rata mereka melahirkan anak pertama. Jadi masih meraba, menerka, dan akhirnya membuktikan sendiri yang namanya melahirkan. Inilah yang menarik! Pengalaman pertama tentu akan menjadi pelajaran yang berharga untuk mewujudkan pengalaman berikutnya menjadi lebih mudah, tenang, dan bahagia. Meskipun letupan-letupan tak terduga senantiasa ada untuk membuat kesan yang berbeda. Saya menangkap kesan bahwa melahirkan anak pertama dari persiapan hingga persalinan selesai, terdapat aura kebingungan dari tiap pasutri. Bingung dengan analisis dokter yang menyarankan Caesar atau normal. Bingung memilih fasilitas kesehatan yang mendukung kemampuan. Bingung dengan ribetnya administrasi rujukan Faskes. Apalagi bingung karena pertanyaan mengapa ini sangat membingungkan? Bersyukurlah! Allah senantiasa menebas kebingungan bagi siapa saja yang meminta petunjuk-Nya. Allah mantapkan hati ini untuk memilih yang lebih diridhoi lewat istikharah. Allah gesitkan langkah kaki dengan disertai harap dan cemas. Allah fasihkan mulut mengucap pilihan terbaik. Ya Allah, bahkan ketakjuban saya bertambah-tambah pada pasutri rantauan yang tak ditemani keluarga dekat saat proses melahirkan… Hanya berdua wira-wiri dan berupaya mandiri. Bahkan saya tak sanggup membayangkan jikalau kelak melahirkan tanpa dibersamai keluarga. Saya akan sangat membutuhkan dukungan dan doa, perhatian dan kasih sayang, kekuatan dan ketahanan, apalagi kemudahan dan kenyamanan. Siapa lagi kalau bukan keluarga yang benar-benar menjadi yang terdepan dalam membantu kelancaran proses melahirkan. Yaah bagaimanapun jua tiap wanita mendambakan hal yang ideal. Sekali lagi saya takjub pada mereka yang telah melewati fase melahirkan dengan kondisi dan kisah apapun. Selamat karena mereka telah menumbas batas yang bergantung pada tingkat perjuangan dan pengorbanannya. Saya yakin mereka yang melewati fase melahirkan benar-benar telah mengamalkan salah satu ayat qur’an: Tiada daya dan upaya melainkan pertolongan Allah. Ketakjuban di balik kejadian melahirkan sepatutnya dimuarakan pada Kebesaran Allah Ta’ala yang Maha Pengasih dan Penyayang. Alhamdulillah makin banyak bayi-bayi terlahir dari rahim keluarga muslim. Barakallah. Amiin.

Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Selalu ada kesan dibalik kejadian melahirkan bayi. Saya sendiri belum pernah merasakan yang namanya melahirkan. Hanya saja melahirkan demikian identik dengan perjuangan dan pengorbanan. Banyaknya pengalaman teman yang terjumpai menyiratkan dan menggambarkan jelas bahwa melahirkan mampu menembus batas. Yang tak berdaya menjadi berdaya, yang luka menjadi bahagia, yang lelah-payah menjadi puas, bahkan yang dirasa mustahil mampu terwujud apa adanya. Entah ke berapa kalinya saya dengar kisah para sahabat yang telah mengalami fase ini. Satu kata yang senantiasa mampir di dalam benak, tiap kali dengar kisah mereka adalah: Takjub. Ketakjuban kisah mereka menjadi referensi berharga yang memenuhi ruang pengetahuan abstrak di dalam kepala. Sementara otak saya mengerut-ngerut merumuskan, bisa jadi Perjuangan & Pengorbanan melahirkan = Menembus batas x Ketakjuban. Artinya semakin besar perjuangan dan pengorbanan saat melahirkan maka semakin tebal batas yang ditembus dikalikan besarnya takjub yang semakin berlimpah. Rata-rata mereka melahirkan anak pertama. Jadi masih meraba, menerka, dan akhirnya membuktikan sendiri yang namanya melahirkan. Inilah yang menarik! Pengalaman pertama tentu akan menjadi pelajaran yang berharga untuk mewujudkan pengalaman berikutnya menjadi lebih mudah, tenang, dan bahagia. Meskipun letupan-letupan tak terduga senantiasa ada untuk membuat kesan yang berbeda. Saya menangkap kesan bahwa melahirkan anak pertama dari persiapan hingga persalinan selesai, terdapat aura kebingungan dari tiap pasutri. Bingung dengan analisis dokter yang menyarankan Caesar atau normal. Bingung memilih fasilitas kesehatan yang mendukung kemampuan. Bingung dengan ribetnya administrasi rujukan Faskes. Apalagi bingung karena pertanyaan mengapa ini sangat membingungkan? Bersyukurlah! Allah senantiasa menebas kebingungan bagi siapa saja yang meminta petunjuk-Nya. Allah mantapkan hati ini untuk memilih yang lebih diridhoi lewat istikharah. Allah gesitkan langkah kaki dengan disertai harap dan cemas. Allah fasihkan mulut mengucap pilihan terbaik. Ya Allah, bahkan ketakjuban saya bertambah-tambah pada pasutri rantauan yang tak ditemani keluarga dekat saat proses melahirkan… Hanya berdua wira-wiri dan berupaya mandiri. Bahkan saya tak sanggup membayangkan jikalau kelak melahirkan tanpa dibersamai keluarga. Saya akan sangat membutuhkan dukungan dan doa, perhatian dan kasih sayang, kekuatan dan ketahanan, apalagi kemudahan dan kenyamanan. Siapa lagi kalau bukan keluarga yang benar-benar menjadi yang terdepan dalam membantu kelancaran proses melahirkan. Yaah bagaimanapun jua tiap wanita mendambakan hal yang ideal. Sekali lagi saya takjub pada mereka yang telah melewati fase melahirkan dengan kondisi dan kisah apapun. Selamat karena mereka telah menumbas batas yang bergantung pada tingkat perjuangan dan pengorbanannya. Saya yakin mereka yang melewati fase melahirkan benar-benar telah mengamalkan salah satu ayat qur’an: Tiada daya dan upaya melainkan pertolongan Allah. Ketakjuban di balik kejadian melahirkan sepatutnya dimuarakan pada Kebesaran Allah Ta’ala yang Maha Pengasih dan Penyayang. Alhamdulillah makin banyak bayi-bayi terlahir dari rahim keluarga muslim. Barakallah. Amiin.

Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Selalu ada kesan dibalik kejadian melahirkan bayi. Saya sendiri belum pernah merasakan yang namanya melahirkan. Hanya saja melahirkan demikian identik dengan perjuangan dan pengorbanan. Banyaknya pengalaman teman yang terjumpai menyiratkan dan menggambarkan jelas bahwa melahirkan mampu menembus batas. Yang tak berdaya menjadi berdaya, yang luka menjadi bahagia, yang lelah-payah menjadi puas, bahkan yang dirasa mustahil mampu terwujud apa adanya. Entah ke berapa kalinya saya dengar kisah para sahabat yang telah mengalami fase ini. Satu kata yang senantiasa mampir di dalam benak, tiap kali dengar kisah mereka adalah: Takjub. Ketakjuban kisah mereka menjadi referensi berharga yang memenuhi ruang pengetahuan abstrak di dalam kepala. Sementara otak saya mengerut-ngerut merumuskan, bisa jadi Perjuangan & Pengorbanan melahirkan = Menembus batas x Ketakjuban. Artinya semakin besar perjuangan dan pengorbanan saat melahirkan maka semakin tebal batas yang ditembus dikalikan besarnya takjub yang semakin berlimpah. Rata-rata mereka melahirkan anak pertama. Jadi masih meraba, menerka, dan akhirnya membuktikan sendiri yang namanya melahirkan. Inilah yang menarik! Pengalaman pertama tentu akan menjadi pelajaran yang berharga untuk mewujudkan pengalaman berikutnya menjadi lebih mudah, tenang, dan bahagia. Meskipun letupan-letupan tak terduga senantiasa ada untuk membuat kesan yang berbeda. Saya menangkap kesan bahwa melahirkan anak pertama dari persiapan hingga persalinan selesai, terdapat aura kebingungan dari tiap pasutri. Bingung dengan analisis dokter yang menyarankan Caesar atau normal. Bingung memilih fasilitas kesehatan yang mendukung kemampuan. Bingung dengan ribetnya administrasi rujukan Faskes. Apalagi bingung karena pertanyaan mengapa ini sangat membingungkan? Bersyukurlah! Allah senantiasa menebas kebingungan bagi siapa saja yang meminta petunjuk-Nya. Allah mantapkan hati ini untuk memilih yang lebih diridhoi lewat istikharah. Allah gesitkan langkah kaki dengan disertai harap dan cemas. Allah fasihkan mulut mengucap pilihan terbaik. Ya Allah, bahkan ketakjuban saya bertambah-tambah pada pasutri rantauan yang tak ditemani keluarga dekat saat proses melahirkan… Hanya berdua wira-wiri dan berupaya mandiri. Bahkan saya tak sanggup membayangkan jikalau kelak melahirkan tanpa dibersamai keluarga. Saya akan sangat membutuhkan dukungan dan doa, perhatian dan kasih sayang, kekuatan dan ketahanan, apalagi kemudahan dan kenyamanan. Siapa lagi kalau bukan keluarga yang benar-benar menjadi yang terdepan dalam membantu kelancaran proses melahirkan. Yaah bagaimanapun jua tiap wanita mendambakan hal yang ideal. Sekali lagi saya takjub pada mereka yang telah melewati fase melahirkan dengan kondisi dan kisah apapun. Selamat karena mereka telah menumbas batas yang bergantung pada tingkat perjuangan dan pengorbanannya. Saya yakin mereka yang melewati fase melahirkan benar-benar telah mengamalkan salah satu ayat qur’an: Tiada daya dan upaya melainkan pertolongan Allah. Ketakjuban di balik kejadian melahirkan sepatutnya dimuarakan pada Kebesaran Allah Ta’ala yang Maha Pengasih dan Penyayang. Alhamdulillah makin banyak bayi-bayi terlahir dari rahim keluarga muslim. Barakallah. Amiin.

Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Selalu ada kesan dibalik kejadian melahirkan bayi. Saya sendiri belum pernah merasakan yang namanya melahirkan. Hanya saja melahirkan demikian identik dengan perjuangan dan pengorbanan. Banyaknya pengalaman teman yang terjumpai menyiratkan dan menggambarkan jelas bahwa melahirkan mampu menembus batas. Yang tak berdaya menjadi berdaya, yang luka menjadi bahagia, yang lelah-payah menjadi puas, bahkan yang dirasa mustahil mampu terwujud apa adanya. Entah ke berapa kalinya saya dengar kisah para sahabat yang telah mengalami fase ini. Satu kata yang senantiasa mampir di dalam benak, tiap kali dengar kisah mereka adalah: Takjub. Ketakjuban kisah mereka menjadi referensi berharga yang memenuhi ruang pengetahuan abstrak di dalam kepala. Sementara otak saya mengerut-ngerut merumuskan, bisa jadi Perjuangan & Pengorbanan melahirkan = Menembus batas x Ketakjuban. Artinya semakin besar perjuangan dan pengorbanan saat melahirkan maka semakin tebal batas yang ditembus dikalikan besarnya takjub yang semakin berlimpah. Rata-rata mereka melahirkan anak pertama. Jadi masih meraba, menerka, dan akhirnya membuktikan sendiri yang namanya melahirkan. Inilah yang menarik! Pengalaman pertama tentu akan menjadi pelajaran yang berharga untuk mewujudkan pengalaman berikutnya menjadi lebih mudah, tenang, dan bahagia. Meskipun letupan-letupan tak terduga senantiasa ada untuk membuat kesan yang berbeda. Saya menangkap kesan bahwa melahirkan anak pertama dari persiapan hingga persalinan selesai, terdapat aura kebingungan dari tiap pasutri. Bingung dengan analisis dokter yang menyarankan Caesar atau normal. Bingung memilih fasilitas kesehatan yang mendukung kemampuan. Bingung dengan ribetnya administrasi rujukan Faskes. Apalagi bingung karena pertanyaan mengapa ini sangat membingungkan? Bersyukurlah! Allah senantiasa menebas kebingungan bagi siapa saja yang meminta petunjuk-Nya. Allah mantapkan hati ini untuk memilih yang lebih diridhoi lewat istikharah. Allah gesitkan langkah kaki dengan disertai harap dan cemas. Allah fasihkan mulut mengucap pilihan terbaik. Ya Allah, bahkan ketakjuban saya bertambah-tambah pada pasutri rantauan yang tak ditemani keluarga dekat saat proses melahirkan… Hanya berdua wira-wiri dan berupaya mandiri. Bahkan saya tak sanggup membayangkan jikalau kelak melahirkan tanpa dibersamai keluarga. Saya akan sangat membutuhkan dukungan dan doa, perhatian dan kasih sayang, kekuatan dan ketahanan, apalagi kemudahan dan kenyamanan. Siapa lagi kalau bukan keluarga yang benar-benar menjadi yang terdepan dalam membantu kelancaran proses melahirkan. Yaah bagaimanapun jua tiap wanita mendambakan hal yang ideal. Sekali lagi saya takjub pada mereka yang telah melewati fase melahirkan dengan kondisi dan kisah apapun. Selamat karena mereka telah menumbas batas yang bergantung pada tingkat perjuangan dan pengorbanannya. Saya yakin mereka yang melewati fase melahirkan benar-benar telah mengamalkan salah satu ayat qur’an: Tiada daya dan upaya melainkan pertolongan Allah. Ketakjuban di balik kejadian melahirkan sepatutnya dimuarakan pada Kebesaran Allah Ta’ala yang Maha Pengasih dan Penyayang. Alhamdulillah makin banyak bayi-bayi terlahir dari rahim keluarga muslim. Barakallah. Amiin.

Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Selalu ada kesan dibalik kejadian melahirkan bayi. Saya sendiri belum pernah merasakan yang namanya melahirkan. Hanya saja melahirkan demikian identik dengan perjuangan dan pengorbanan. Banyaknya pengalaman teman yang terjumpai menyiratkan dan menggambarkan jelas bahwa melahirkan mampu menembus batas. Yang tak berdaya menjadi berdaya, yang luka menjadi bahagia, yang lelah-payah menjadi puas, bahkan yang dirasa mustahil mampu terwujud apa adanya. Entah ke berapa kalinya saya dengar kisah para sahabat yang telah mengalami fase ini. Satu kata yang senantiasa mampir di dalam benak, tiap kali dengar kisah mereka adalah: Takjub. Ketakjuban kisah mereka menjadi referensi berharga yang memenuhi ruang pengetahuan abstrak di dalam kepala. Sementara otak saya mengerut-ngerut merumuskan, bisa jadi Perjuangan & Pengorbanan melahirkan = Menembus batas x Ketakjuban. Artinya semakin besar perjuangan dan pengorbanan saat melahirkan maka semakin tebal batas yang ditembus dikalikan besarnya takjub yang semakin berlimpah. Rata-rata mereka melahirkan anak pertama. Jadi masih meraba, menerka, dan akhirnya membuktikan sendiri yang namanya melahirkan. Inilah yang menarik! Pengalaman pertama tentu akan menjadi pelajaran yang berharga untuk mewujudkan pengalaman berikutnya menjadi lebih mudah, tenang, dan bahagia. Meskipun letupan-letupan tak terduga senantiasa ada untuk membuat kesan yang berbeda. Saya menangkap kesan bahwa melahirkan anak pertama dari persiapan hingga persalinan selesai, terdapat aura kebingungan dari tiap pasutri. Bingung dengan analisis dokter yang menyarankan Caesar atau normal. Bingung memilih fasilitas kesehatan yang mendukung kemampuan. Bingung dengan ribetnya administrasi rujukan Faskes. Apalagi bingung karena pertanyaan mengapa ini sangat membingungkan? Bersyukurlah! Allah senantiasa menebas kebingungan bagi siapa saja yang meminta petunjuk-Nya. Allah mantapkan hati ini untuk memilih yang lebih diridhoi lewat istikharah. Allah gesitkan langkah kaki dengan disertai harap dan cemas. Allah fasihkan mulut mengucap pilihan terbaik. Ya Allah, bahkan ketakjuban saya bertambah-tambah pada pasutri rantauan yang tak ditemani keluarga dekat saat proses melahirkan… Hanya berdua wira-wiri dan berupaya mandiri. Bahkan saya tak sanggup membayangkan jikalau kelak melahirkan tanpa dibersamai keluarga. Saya akan sangat membutuhkan dukungan dan doa, perhatian dan kasih sayang, kekuatan dan ketahanan, apalagi kemudahan dan kenyamanan. Siapa lagi kalau bukan keluarga yang benar-benar menjadi yang terdepan dalam membantu kelancaran proses melahirkan. Yaah bagaimanapun jua tiap wanita mendambakan hal yang ideal. Sekali lagi saya takjub pada mereka yang telah melewati fase melahirkan dengan kondisi dan kisah apapun. Selamat karena mereka telah menumbas batas yang bergantung pada tingkat perjuangan dan pengorbanannya. Saya yakin mereka yang melewati fase melahirkan benar-benar telah mengamalkan salah satu ayat qur’an: Tiada daya dan upaya melainkan pertolongan Allah. Ketakjuban di balik kejadian melahirkan sepatutnya dimuarakan pada Kebesaran Allah Ta’ala yang Maha Pengasih dan Penyayang. Alhamdulillah makin banyak bayi-bayi terlahir dari rahim keluarga muslim. Barakallah. Amiin.

Make Money at : http://bit.ly/copy_win