Saturday 1 October 2016

Embun Jiwa : Tentang Salah Satu Kondisi Pilihan Hidup

Kemarin ku menemukan kata-kata ini saat baca sebuah novel ku pun berpikir mengenai kata-kata ini. Kapan waktu yang tepat saat kita tahu kita harus menyerah atau tetap bertahan, ku rasa sebagian pasti pernah berada di fase ini, fase dimana kita harus memilih antara bertahan atau menyerah. Ku sendiri pun pernah berada di fase ini, Keputusan menyerah itu datang ketika kita bener-bener berasa di situasi yang stuck, g bisa ngelakuin apapun selain menyerah dan g bisa mempertahankan apa-apa lagi karena berasa semuanya sia-sia. Saat itulah muncul kata menyerah, menyerah atau bertahan untuk tetep melanjutkan. Dan kapan kita harus tetep bertahan? Cuma kita yang tau kapan kita masih bisa bertahan atau enggak, liat seberapa penting hal yang kita pertahankan, dan apakah yang kita pertahankan ini nantinya akan bener-bener bisa bikin kita bahagia. Kadang, ada saat dimana kita mempertahankan sesuatu yang tidak seharusnya. Cuma kadang kita buta dan tetep mempertahankan, mempertahankan perasaan nyaman dan ga mau menyerah padahal kita tahu, bertahanpun mungkin sia-sia. Saat memang memilih untuk bertahan, berpikirlah apakah ini memang pantas dipertahankan atau enggak, jangan sampai karena cuma memikirkan diri sendiri dan perasaan sendiri, mempertahankan sesuatu yang tidak seharusnya dan akhirnya duka.

“Hidup adalah pilihan, cerita hidup tidak akan berlanjut jika kita tidak memiliki keberanian untuk memilih”. 
Setelah ku ingat-ingat kembali, ternyata aku pernah menjadi seorang penasihat yang baik tapi saat aku yang berada dalam posisi tersebut aku sempat tidak bisa menasihati diriku sendiri. Hal tersebut memang cukup manusiawi, tetapi tetap saja aku menjadi merasa bersalah karena aku tidak mampu menasihati diri sendiri.
Aku memang menyesalkan hal itu, tetapi aku bukan meratapinya yang aku lakukan kemudian adalah tetap berusaha menjalani apa yang sudah menjadi pilihanku sebelumnya. Bagaimanapun hasilnya nanti, aku akan berusaha menjalankan apa yang sebelumnya pernah kunasihatkan untuk orang lain.

Aku akan bertahan, tak akan menyerah untuk menjalani kehidupanku saat ini. Kini aku sadar tentang makna sebuah pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik, karena ketika kita memiliki pengalaman terkait sebuah situasi atau kondisi tertentu kita akan menjadi lebih memahami dan mengerti tentang permaslahan tersebut, sehingga kita menjadi lebih berani untuk mengambil sebuah pilihan hidup.

Namun jangan jadikan pengalaman tersebut menjadi sebuah penghalang dari kebenaran, dan memaksa kita untuk tidak memilih karena kita terlalu sibuk memikirkan keburukan yang mungkin terjadi berdasarkan pengalaman tersebut. Karena “Hidup adalah pilihan, cerita hidup tidak akan berlanjut jika kita tidak memiliki keberanian untuk memilih”.

Bagaimana dengan kata "Menyerah"?, kalo lihat atau denger ada orang yang menyerah, mungkin kebanyakan dari kalian, iya kalian, kalian yang mbaca tulisan ini, mikir orang itu adalah orang yang mudah putus asa. Padahal, nggak selamanya orang yang menyerah itu orang yang mudah putus asa. Bisa aja orang yang menyerah itu adalah orang yang nggak punya semangat hidup, bisa jadi ._.

Eh, mudah putus asa dan nggak punya semangat hidup nggak beda jauh ya? -_-

Enggak, nggak selamanya orang yang menyerah itu adalah orang yang mudah putus asa, nggak punya semangat hidup, atau apapun itu. Ada saatnya juga orang yang menyerah itu adalah orang yang, gimana ya? Yaaaa, mungkin bisa dibilang orang yang udah capek sama keadaan, udah capek berusaha, udah pasrah gitu lah. Bisa loh orang hidup tuh mengalami hal seperti itu. 

*berhenti ngetik sebentar* *tarik napas panjang*

Cukup segini dulu tulisan tentang menyerah atau bertahan. Mata udah unjuk rasa minta break. It's time to bobok cantik disamping kesayangan. *my lovely son n husband* 

No comments: