Friday 1 December 2017

Alam Takambang Jadi Guru

Bismillahirrohmanirrohiiim...
Menulis di blog sederhanaku.. blog dengan tampilan seadanya yang memang seperti itulah yang kuinginkan.. blog yang menjadi media tulis disaat ingin menulis.. semoga juga bisa memberi manfaat bagi pembacanya..aamiiiin. 



Inilah kegiatan yang sudah lama sekali tertinggal... namun tetiba malam ini rindu sekali ingin menulis tentang satu hal yang sepertinya cukup menarik untuk dibahas. Satu hal yang saat ini sudah seperti virus yang menggerogoti jiwa umat manusia. Pertanyaan demi pertanyaan berputar-putar dalam benakku. Kebahagiaan pastinya adalah tujuan hidup kita. Berbagai cara diupayakan demi mencapai satu kata "BAHAGIA". Indikator kebahagiaan setiap kitapun pastinya berbeda. Namun yang sangat disayangkan adalah disaat kebahagiaan itu diupayakan dengan mengabaikan orang lain yang juga ingin menggapai kebahagiaannya. SUKSES adalah salah satu kata lain yang digunakan sebagai perwakilan dari yang namanya BAHAGIA. Namun, perlukah dimana hati nurani kita disaat ingin meraih sukses ataupun bahagia itu? Satu yang pasti yang kupahami adalah bahagia itu tentang hati, dan dalam hati ada nurani.


Sebagai seorang muslim, banyak sekali pedoman terkait hal ini dalam Al-Qur'an dan Hadist. Aku bukan seorang ahli kitab ataupun hadist, Al-Quran dan hadist adalah pedoman hidup yang selalu aku yakini. Selalu menujukkan kita tentang kebaikan.



Kembali terkait "menggapai kebahagiaan//kesuksesan". Entah mengapa, ada dari kita  yang selalu punya kecenderungan untuk menjadi sosok yang gemar sekali mencari-cari kesalahan orang lain. dengan cara yang langsung menyudutkan dan menyalahkan, alangkah baiknya dikemukakan dengan cara yang baik, santun dan bijak.



Berkatalah yang baik atau diam
Ya, kita sebagai manusia memang telah diberikan banyak sekali nikmat oleh Allah SWT termasuk nikmat dapat berbicara. Akan tetapi, banyak yang salah menggunakan nikmat ini. Mereka tidak mengerti bahwa mulut yang telah dikaruniakan oleh-Nya seharusnya dapat dijaga dengan baik dan digunakan hanya untuk kebaikan.

Dalam hadist disebutkan: “Allah SWT memberi rahmat kepada orang yang berkata baik lalu mendapat keuntungan, atau diam lalu mendapat keselamatan.” (HR. Ibnul Mubarak)

Demikianlah, lidah seseorang itu sangat berbahaya sehingga dapat mendatangkan banyak kesalahan. Banyak bencana karena lidah antara lain berdusta, ghibah (membicarakan orang lain), adu domba, saksi palsu, sumpah palsu, berbicara yang tidak berguna, menertawakan orang lain, menghina orang lain, mencari-cari kesalahan orang lain, dsb.

Dalam mencari-cari kesalahan orang lain silahkan jika anda cukup bijak,  bijak dalam memusatkan perhatian anda pada kemampuan orang yang anda jadikan target. Carilah satu kelebihan dalam diri orang tersebut. Walaupun tampaknya dimata anda kemampuannya kecil/sepele dan anda merasa masih bisa jauh lebih baik dari orang tersebut. Namun, cobalah bertanya pada diri anda, bagaimana bila anda berada di posisi orang yang anda cari-cari kesalahannya, tanpa mempertimbangkan sedikitpun,  kebenaran dan kemampuannya?

Anda juga harus memeriksa kembali apa motif anda berusaha mencari-cari kesalahannya (tanyakan dengan jujur pada diri sendiri). Dan tanyakan juga apa keuntungan yang anda raih setelah mencari-cari kesalahan orang lain. Karena, apabila itu hanyalah sebuah upaya untuk menonjolkan konsep tentang diri anda sendiri.  Atau kadang untuk membuktikan bahwa anda lebih pintar dari orang tersebut (yang anda cari-cari kesalahannya, kelemahannya). Jika motif anda seperti itu, maka segeralah berhenti untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Ketahuilah, tidak ada orang yang luput dari salah dan khilaf, dan begitupun diri anda. Daripada anda terus menerus menyibukkan dan melelahkan diri anda dengan mengorek-ngorek dan mencari-cari kesalahan dan kelalaian orang lain, yang bisa anda jadikan senjata untuk menyerangnya, bukankah lebih baik anda berpikir positif. 

Coba tanyakan dengan jujur pada diri anda sendiri, sudah mampukah anda berbuat lebih baik dari orang yang anda cari-cari kesalahannya? Caranya hanya satu, yakni dengan pembuktian, lakukanlah ”sama persis” ”segala hal” yang dilakukan orang yang kita cari-cari kesalahannya. Anda buktikan pada diri sendiri dan dunia, apakah anda bisa melakukannya sama dengan orang yang anda cari-cari kesalahan/ kekurangannya, atau anda bisa melakukannya lebih baik dari orang tersebut? Semua ini hanya bisa diketahui dengan ”pembuktian”.

Istilahnya, jangan cuma sekedar bisa mencari-cari kesalahan orang lain saja, coba lakukan terlebih dahulu, ”semua hal”  yang dilakukan orang yang anda cari-cari kesalahannya, kemudian lihat hasil yang anda capai, apakah hasil yang anda capai lebih baik darinya, sama dengannya atau lebih buruk darinya? Mampukah anda berbuat seperti dia, sebaik dia, atau lebih baik dari dia? Dan kalaupun ternyata anda memang mampu berbuat lebih baik daripada orang yang anda cari-cari kesalahannya, maka bersyukurlah, jangan sampai hal tersebut  menjadikan anda UJUB dan tidak berarti hal tersebut membolehkan anda meneruskan mencari-cari kesalahan orang lain, perhatikanlah hadits-hadits shahih terkait.

Saya pernah membaca sebuah kalimat di salah satu buku, "aku tidak pernah menyesali apa yang tidak aku ucapkan, namun aku sering sekali menyesali perkataan yang aku ucapkan. Ketahuilah, lisan yang nista lebih membahayakan pemiliknya daripada membahayakan orang lain yang menjadi korbannya. (mengutip perkataan, Dr. Aidh Bin Abdullah Al-Qarni. M.A.)

Kita sebagai umat islam tidak berhak untuk mencari-cari kesalahan orang lain lalu menyebarkannya apalagi berusaha mempermalukan orang tersebut didepan umum, dengan menggunakan ilmu/kepandaian kita. Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini: ”Aku peringatkan kepada kalian tentang prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah perkataan yang paling bohong, dan janganlah kalian berusaha untuk mendapatkan informasi tentang kejelekan dan mencari-cari kesalahan orang lain, jangan pula saling dengki, saling benci, saling memusuhi, jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara” (H.R Bukhari dan Muslim).

Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: ”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al Hujuraat [49] : 12)

Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut ini: ”Tahukah kalian apa itu ghibah? Jawab para sahabat : Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui. Maka kata Nabi saw: “engkau membicarakan saudaramu tentang apa yang tidak disukainya. Kata para sahabat: Bagaimana jika pada diri saudara kami itu benar ada hal yang dibicarakan itu? Jawab Nabi SAW: Jika apa yang kamu bicarakan benar-benar ada padanya maka kamu telah mengghibah-nya, dan jika apa yang kamu bicarakan tidak ada padanya maka kamu telah membuat kedustaan atasnya.”(HR Muslim, Abu Daud, Tirmidzi)

Abdullah bin Umar RA menyampaikan hadits yang sama, ia berkata,”Suatu hari Rasulullah SAW naik ke atas mimbar, lalu menyeru dengan suara yang tinggi :”Wahai sekalian orang yang mengaku berislam dengan lisannya dan iman  itu belum sampai ke dalam hatinya. Janganlah kalian menyakiti kaum  muslimin, janganlah menjelekkan mereka, jangan mencari cari aurot  mereka. Karena orang yang suka mencari cari aurot saudaranya sesama  muslim, Allah akan mencari cari aurotnya. dan siapa yang dicari cari  aurotnya oleh Allah, niscaya Allah akan membongkarnya walau ia berada di tengah tempat tinggalnya (HR. At Tirmidzi, HR. Ahmad.Abu Dawud.  hadits shahih)  
(keterangan: yang dimaksud dengan aurot disini adalah aib/cela atau cacat, kejelekan dan kesalahan. Dilarang mencari cari kejelekan/kesalahan seorang muslim untuk kemudian diungkapkan kepada manusia – tuhfatul Ahwadzi).

Dari hadits di atas dapat digambarkan dengan jelas pada kita betapa besarnya kehormatan  seorang muslim. Jadi, sebaiknya kita memelihara perkataan dan perbuatan kita, memang tampaknya enak dan menyenangkan menyalahkan orang lain, tapi sebelum itu semua, cobalah terlebih dulu berusaha menjadi orang yang anda cari-cari kesalahannya, sangat penting untuk “melakukan sama persis, semua hal  yang dilakukan orang yang anda cari-cari kesalahannya”  anda buktikan terlebih dahulu hasil pencapaian ANDA, apakah hasil yang ANDA capai sebaik dia, lebih baik dari dia, atau lebih buruk dari dia.

Bagi seorang mukmin yang senantiasa merasa diawasi oleh Allah, wajib mengerti bahwa “perkataan” itu termasuk amalannya yang kelak akan dihisab: amalan baik maupun buruk. Karena pena iIlahi tidak pernah meng-alpakan, tidak pernah lalai ataupun menghapuskan satupun perkataan yang diucapkan manusia. Ia pasti mencatat dan memasukkannya ke dalam buku amal. Ingatlah bahwa semuanya, kelak harus kita pertanggungjawabkan.

Terima kasih untuk abang kandungku yang selalu dengan senang hati menjelaskan hadist dan sejarah perjalanan rasulullah setiap kami adik-adiknya bertanya. Allah menganugerahkan kepadaMu daya ingat dan kecerdasan yang luar biasa. Semoga itu semua membawa keberkahan dalam setiap perjalanan hidupmu, aamiiiin.

Masih tentang sukses ataupun bahagia. 
Dari sudut pandang secara umum, mungkin masalah di atas bisa berhubungan dengan yang namanya "Persaingan". Percayalah, setiap orang punya potensi, talenta dan kelebihan yang berbeda. Kita akan semakin kuat justru saat kita mendukung rekan kita untuk mengasah talentanya. Bahkan apabila rekan kita tidak tahu kelebihan yang mereka miliki sedangkan kita tahu, maka beritahukanlah. Menuju tujuan sukses ataupun kebahagiaan itu akan bersinggungan dengan yang namanya "bersaing". Bersaing dengan cara menjatuhkan rekan kita justru akan menjatuhkan kitaa. Bukan hanya itu, kita suatu saat akan kehilangan banyak teman baik. Persaingan itu perlu tapi bersainglah secara sehat. Coba renungkan, berapa banyak rekor dunia olah raga renang yang tercipta apabila seorang perenang berenang sendirian?

Persaingan sehat itu alat untuk menilai kita. Sebagian besar kita mungkin sudah punya resolusi tahunan dan target bulanan. Tetapi bagaimana jika kita ingin tahu tentang kemajuan kita hari ini? Bagaimana kita mengukurnya? Mungkin kita bangga karena target kita tercapai. Tetapi jangan-jangan target kita yang terlalu rendah. Maka cara yang terbaik adalah membandingkan apa yang dilakukan orang lain di lini pekerjaan yang sama. Apakah kita lebih baik, teringgal atau rata-rata?
Persaingan sehat itu juga meningkatkan persahabatan. Saya yakin setiap kita pasti ingin menang dan menjadi yang terbaik di bidang yang kita tekuni. Namun satu hal yang harus kita pastikan, bahwa kita memenangkan persaingan bukan dengan cara menjatuhkan dan merendahkan orang lain. Yakinlah, bila kita membantu rekan kita untuk menggapai tujuannya, kita support ia mengeluarkan talenta terbaiknya, itu akan mempercepat kemenangan kita.

Seseorang yang menjadi penyebab kebahagiaan atas orang lain, ia tidak akan jauh dengan kebahagiaan, dan begitu juga sebaliknya.

ALAM TAKAMBANG JADI GURU. Pahit atau pun manis, semua adalah guru yang mengajarkan banyak faedah untuk kehidupan.

1 comment:

Budi said...

Keep writing ... Bu dosen blogger