Pernah merasakan dalam badan Anda ada “benda”
asing? Ya, misalnya tertusuk tulang ikan, atau ketulangan saat makan? Pasti
tidak enak ya? Hanya sebagian kecil bagian tubuh kita yang diinvasi benda itu
tapi bisa sekujur tubuh merasakannya. Apalagi kalau “benda” itu dibawa sampai
berhari-hari. Wiiii ... bisa meriang, kan? Nah, begitu pun dengan hamil. Jujur,
membawa “benda” asing di dalam diri, rasanya aneh. Badan tidak enak. Bisa dari
kepala sampai kaki. Ada rasa mual, pegal-pegal, dan lain-lain. Badan si ibu
harus tuning dengan keberadaan si jabang bayi, menyesuaikan sendiri pada
“frekuensi” berapa ia merasa nyaman. Singkatnya, si ibu harus mengusahakan
sendiri kenyamanannya.
Tapi, kehamilan itu sesuatu yang indah. Jadi, biarpun badan terasa tidak enak,
hati bisa di-set bahagia terus. Apalagi menanti-nantinya, dengan mengkhayalkan
rupa si jabang bayi setelah mengintipnya pada hasil pemeriksaan USG. Seru!
Membaca perkembangannya dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan. Sambil
berjuang mengatasi rasa tidak nyaman. Sambil tak menghiraukan keanehan yang
tiba-tiba timbul, atau menghindari berbagai ancaman kesehatan yang mungkin
terjadi (seperti pre eklampsia – keracunan kehamilan karena tekanan darah yang
tiba-tiba naik).
Dan akhirnya tak terasa 9 bulan berlalu. Waah. Tegang, galau, bingung tapi
asyik.
Seperti apa ya wajahnya?
Apa dia mirip Ayah atau Bundanya?
Seperti apa matanya?
Lengkapkah jari-jarinya?
Berapa berat badannya?
Benarkah jenis kelaminnya sama dengan yang terbaca di USG?
Lalu tibalah saat itu. Detik-detik ketika saya berada di ruang bersalin,
berjuang mengeluarkan anak yang selama ini bersemayam dalam rahim saya.
Alhamdulillah dalam proses normal.
Selalu ada kesan dibalik kejadian melahirkan
bayi. Saya sendiri baru merasakan yang namanya melahirkan. Melahirkan identik
dengan perjuangan dan pengorbanan. Berdasarkan pengalaman saya dan beberapa
pengalaman teman yang saya dengar, melahirkan bayi menyiratkan dan
menggambarkan jelas bahwa melahirkan mampu menembus batas. Yang tak berdaya
menjadi berdaya, yang luka menjadi bahagia, yang lelah-payah menjadi puas,
bahkan yang dirasa mustahil mampu terwujud apa adanya. Satu kata yang
senantiasa mampir di dalam benak, tiap kali mengenang pengalaman melahirkan
bayi adalah: Takjub. Subhanallah.
Ketakjuban menjadi referensi berharga yang
memenuhi ruang pengetahuan abstrak di dalam kepala. Sementara otak saya
mengerut-ngerut merumuskan, bisa jadi Perjuangan & Pengorbanan melahirkan =
Menembus batas x Ketakjuban. Artinya semakin besar perjuangan dan pengorbanan
saat melahirkan maka semakin tebal batas yang ditembus dikalikan besarnya
takjub yang semakin berlimpah. Khususnya mungkin saat melahirkan anak pertama.
Jadi, masih meraba, menerka, dan akhirnya membuktikan sendiri yang namanya
melahirkan.
Inilah yang menarik! Pengalaman pertama tentu
akan menjadi pelajaran yang berharga untuk mewujudkan pengalaman berikutnya
menjadi lebih mudah, tenang, dan bahagia. Meskipun letupan-letupan tak terduga
senantiasa ada untuk membuat kesan yang berbeda. Saya memiliki kesan bahwa
melahirkan anak pertama dari persiapan hingga persalinan selesai, terdapat aura
kebingungan. Bingung dengan analisis dokter yang menyarankan Caesar atau
normal. Bingung memilih fasilitas kesehatan yang mendukung kemampuan. Bingung
dengan ribetnya administrasi rujukan Faskes. Apalagi bingung karena pertanyaan
mengapa ini sangat membingungkan?
Bersyukurlah! Allah senantiasa menebas kebingungan bagi siapa saja yang
meminta petunjuk-Nya. Allah mantapkan hati ini untuk memilih yang lebih
diridhoi lewat istikharah. Allah gesitkan langkah kaki dengan disertai harap
dan cemas. Allah fasihkan mulut mengucap pilihan terbaik. Ya Allah, bahkan
ketakjuban saya bertambah-tambah saat bertemu dengan pasutri rantauan yang tak
ditemani keluarga dekat saat proses melahirkan. Hanya berdua wara-wiri dan
berupaya mandiri. Bahkan saya tak sanggup membayangkan jikalau saya melahirkan
tanpa ditemani keluarga. Saya sangat membutuhkan dukungan dan doa, perhatian
dan kasih sayang, kekuatan dan ketahanan, apalagi kemudahan dan kenyamanan.
Siapa lagi kalau bukan keluarga yang benar-benar menjadi yang terdepan dalam
membantu kelancaran proses melahirkan. Yaah bagaimanapun jua tiap wanita
mendambakan hal yang ideal. Sekali lagi saya takjub pada wanita-wanita yang
telah melewati fase melahirkan dengan kondisi dan kisah apapun. Selamat karena
telah menumbas batas yang bergantung pada tingkat perjuangan dan pengorbanan.
Saya yakin yang melewati fase melahirkan benar-benar telah mengamalkan salah
satu ayat qur’an: "Tiada daya dan upaya melainkan pertolongan Allah".
Ketakjuban di balik kejadian melahirkan sepatutnya dimuarakan pada Kebesaran
Allah Ta’ala yang Maha Pengasih dan Penyayang. Alhamdulillah makin banyak
bayi-bayi terlahir dari rahim keluarga muslim. Barakallah. Amiin.
Selalu ada kesan
dibalik kejadian melahirkan bayi. Saya sendiri belum pernah merasakan
yang namanya melahirkan. Hanya saja melahirkan demikian identik dengan
perjuangan dan pengorbanan. Banyaknya pengalaman teman yang terjumpai
menyiratkan dan menggambarkan jelas bahwa melahirkan mampu menembus
batas. Yang tak berdaya menjadi berdaya, yang luka menjadi bahagia, yang
lelah-payah menjadi puas, bahkan yang dirasa mustahil mampu terwujud
apa adanya.
Entah ke berapa kalinya saya dengar kisah para sahabat yang telah
mengalami fase ini. Satu kata yang senantiasa mampir di dalam benak,
tiap kali dengar kisah mereka adalah: Takjub. Ketakjuban kisah mereka
menjadi referensi berharga yang memenuhi ruang pengetahuan abstrak di
dalam kepala. Sementara otak saya mengerut-ngerut merumuskan, bisa jadi
Perjuangan & Pengorbanan melahirkan = Menembus batas x Ketakjuban.
Artinya semakin besar perjuangan dan pengorbanan saat melahirkan maka
semakin tebal batas yang ditembus dikalikan besarnya takjub yang semakin
berlimpah.
Rata-rata mereka melahirkan anak pertama. Jadi masih meraba, menerka,
dan akhirnya membuktikan sendiri yang namanya melahirkan. Inilah yang
menarik! Pengalaman pertama tentu akan menjadi pelajaran yang berharga
untuk mewujudkan pengalaman berikutnya menjadi lebih mudah, tenang, dan
bahagia. Meskipun letupan-letupan tak terduga senantiasa ada untuk
membuat kesan yang berbeda.
Saya menangkap kesan bahwa melahirkan anak pertama dari persiapan hingga
persalinan selesai, terdapat aura kebingungan dari tiap pasutri.
Bingung dengan analisis dokter yang menyarankan Caesar atau normal.
Bingung memilih fasilitas kesehatan yang mendukung kemampuan. Bingung
dengan ribetnya administrasi rujukan Faskes. Apalagi bingung karena
pertanyaan mengapa ini sangat membingungkan?
Bersyukurlah! Allah senantiasa menebas kebingungan bagi siapa saja yang
meminta petunjuk-Nya. Allah mantapkan hati ini untuk memilih yang lebih
diridhoi lewat istikharah. Allah gesitkan langkah kaki dengan disertai
harap dan cemas. Allah fasihkan mulut mengucap pilihan terbaik. Ya
Allah, bahkan ketakjuban saya bertambah-tambah pada pasutri rantauan
yang tak ditemani keluarga dekat saat proses melahirkan… Hanya berdua
wira-wiri dan berupaya mandiri.
Bahkan saya tak sanggup membayangkan jikalau kelak melahirkan tanpa
dibersamai keluarga. Saya akan sangat membutuhkan dukungan dan doa,
perhatian dan kasih sayang, kekuatan dan ketahanan, apalagi kemudahan
dan kenyamanan. Siapa lagi kalau bukan keluarga yang benar-benar menjadi
yang terdepan dalam membantu kelancaran proses melahirkan. Yaah
bagaimanapun jua tiap wanita mendambakan hal yang ideal.
Sekali lagi saya takjub pada mereka yang telah melewati fase melahirkan
dengan kondisi dan kisah apapun. Selamat karena mereka telah menumbas
batas yang bergantung pada tingkat perjuangan dan pengorbanannya. Saya
yakin mereka yang melewati fase melahirkan benar-benar telah mengamalkan
salah satu ayat qur’an: Tiada daya dan upaya melainkan pertolongan
Allah. Ketakjuban di balik kejadian melahirkan sepatutnya dimuarakan
pada Kebesaran Allah Ta’ala yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Alhamdulillah makin banyak bayi-bayi terlahir dari rahim keluarga
muslim. Barakallah. Amiin.
Make Money at :
http://bit.ly/copy_win
Selalu ada kesan
dibalik kejadian melahirkan bayi. Saya sendiri belum pernah merasakan
yang namanya melahirkan. Hanya saja melahirkan demikian identik dengan
perjuangan dan pengorbanan. Banyaknya pengalaman teman yang terjumpai
menyiratkan dan menggambarkan jelas bahwa melahirkan mampu menembus
batas. Yang tak berdaya menjadi berdaya, yang luka menjadi bahagia, yang
lelah-payah menjadi puas, bahkan yang dirasa mustahil mampu terwujud
apa adanya.
Entah ke berapa kalinya saya dengar kisah para sahabat yang telah
mengalami fase ini. Satu kata yang senantiasa mampir di dalam benak,
tiap kali dengar kisah mereka adalah: Takjub. Ketakjuban kisah mereka
menjadi referensi berharga yang memenuhi ruang pengetahuan abstrak di
dalam kepala. Sementara otak saya mengerut-ngerut merumuskan, bisa jadi
Perjuangan & Pengorbanan melahirkan = Menembus batas x Ketakjuban.
Artinya semakin besar perjuangan dan pengorbanan saat melahirkan maka
semakin tebal batas yang ditembus dikalikan besarnya takjub yang semakin
berlimpah.
Rata-rata mereka melahirkan anak pertama. Jadi masih meraba, menerka,
dan akhirnya membuktikan sendiri yang namanya melahirkan. Inilah yang
menarik! Pengalaman pertama tentu akan menjadi pelajaran yang berharga
untuk mewujudkan pengalaman berikutnya menjadi lebih mudah, tenang, dan
bahagia. Meskipun letupan-letupan tak terduga senantiasa ada untuk
membuat kesan yang berbeda.
Saya menangkap kesan bahwa melahirkan anak pertama dari persiapan hingga
persalinan selesai, terdapat aura kebingungan dari tiap pasutri.
Bingung dengan analisis dokter yang menyarankan Caesar atau normal.
Bingung memilih fasilitas kesehatan yang mendukung kemampuan. Bingung
dengan ribetnya administrasi rujukan Faskes. Apalagi bingung karena
pertanyaan mengapa ini sangat membingungkan?
Bersyukurlah! Allah senantiasa menebas kebingungan bagi siapa saja yang
meminta petunjuk-Nya. Allah mantapkan hati ini untuk memilih yang lebih
diridhoi lewat istikharah. Allah gesitkan langkah kaki dengan disertai
harap dan cemas. Allah fasihkan mulut mengucap pilihan terbaik. Ya
Allah, bahkan ketakjuban saya bertambah-tambah pada pasutri rantauan
yang tak ditemani keluarga dekat saat proses melahirkan… Hanya berdua
wira-wiri dan berupaya mandiri.
Bahkan saya tak sanggup membayangkan jikalau kelak melahirkan tanpa
dibersamai keluarga. Saya akan sangat membutuhkan dukungan dan doa,
perhatian dan kasih sayang, kekuatan dan ketahanan, apalagi kemudahan
dan kenyamanan. Siapa lagi kalau bukan keluarga yang benar-benar menjadi
yang terdepan dalam membantu kelancaran proses melahirkan. Yaah
bagaimanapun jua tiap wanita mendambakan hal yang ideal.
Sekali lagi saya takjub pada mereka yang telah melewati fase melahirkan
dengan kondisi dan kisah apapun. Selamat karena mereka telah menumbas
batas yang bergantung pada tingkat perjuangan dan pengorbanannya. Saya
yakin mereka yang melewati fase melahirkan benar-benar telah mengamalkan
salah satu ayat qur’an: Tiada daya dan upaya melainkan pertolongan
Allah. Ketakjuban di balik kejadian melahirkan sepatutnya dimuarakan
pada Kebesaran Allah Ta’ala yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Alhamdulillah makin banyak bayi-bayi terlahir dari rahim keluarga
muslim. Barakallah. Amiin.
Make Money at :
http://bit.ly/copy_win
Selalu ada kesan
dibalik kejadian melahirkan bayi. Saya sendiri belum pernah merasakan
yang namanya melahirkan. Hanya saja melahirkan demikian identik dengan
perjuangan dan pengorbanan. Banyaknya pengalaman teman yang terjumpai
menyiratkan dan menggambarkan jelas bahwa melahirkan mampu menembus
batas. Yang tak berdaya menjadi berdaya, yang luka menjadi bahagia, yang
lelah-payah menjadi puas, bahkan yang dirasa mustahil mampu terwujud
apa adanya.
Entah ke berapa kalinya saya dengar kisah para sahabat yang telah
mengalami fase ini. Satu kata yang senantiasa mampir di dalam benak,
tiap kali dengar kisah mereka adalah: Takjub. Ketakjuban kisah mereka
menjadi referensi berharga yang memenuhi ruang pengetahuan abstrak di
dalam kepala. Sementara otak saya mengerut-ngerut merumuskan, bisa jadi
Perjuangan & Pengorbanan melahirkan = Menembus batas x Ketakjuban.
Artinya semakin besar perjuangan dan pengorbanan saat melahirkan maka
semakin tebal batas yang ditembus dikalikan besarnya takjub yang semakin
berlimpah.
Rata-rata mereka melahirkan anak pertama. Jadi masih meraba, menerka,
dan akhirnya membuktikan sendiri yang namanya melahirkan. Inilah yang
menarik! Pengalaman pertama tentu akan menjadi pelajaran yang berharga
untuk mewujudkan pengalaman berikutnya menjadi lebih mudah, tenang, dan
bahagia. Meskipun letupan-letupan tak terduga senantiasa ada untuk
membuat kesan yang berbeda.
Saya menangkap kesan bahwa melahirkan anak pertama dari persiapan hingga
persalinan selesai, terdapat aura kebingungan dari tiap pasutri.
Bingung dengan analisis dokter yang menyarankan Caesar atau normal.
Bingung memilih fasilitas kesehatan yang mendukung kemampuan. Bingung
dengan ribetnya administrasi rujukan Faskes. Apalagi bingung karena
pertanyaan mengapa ini sangat membingungkan?
Bersyukurlah! Allah senantiasa menebas kebingungan bagi siapa saja yang
meminta petunjuk-Nya. Allah mantapkan hati ini untuk memilih yang lebih
diridhoi lewat istikharah. Allah gesitkan langkah kaki dengan disertai
harap dan cemas. Allah fasihkan mulut mengucap pilihan terbaik. Ya
Allah, bahkan ketakjuban saya bertambah-tambah pada pasutri rantauan
yang tak ditemani keluarga dekat saat proses melahirkan… Hanya berdua
wira-wiri dan berupaya mandiri.
Bahkan saya tak sanggup membayangkan jikalau kelak melahirkan tanpa
dibersamai keluarga. Saya akan sangat membutuhkan dukungan dan doa,
perhatian dan kasih sayang, kekuatan dan ketahanan, apalagi kemudahan
dan kenyamanan. Siapa lagi kalau bukan keluarga yang benar-benar menjadi
yang terdepan dalam membantu kelancaran proses melahirkan. Yaah
bagaimanapun jua tiap wanita mendambakan hal yang ideal.
Sekali lagi saya takjub pada mereka yang telah melewati fase melahirkan
dengan kondisi dan kisah apapun. Selamat karena mereka telah menumbas
batas yang bergantung pada tingkat perjuangan dan pengorbanannya. Saya
yakin mereka yang melewati fase melahirkan benar-benar telah mengamalkan
salah satu ayat qur’an: Tiada daya dan upaya melainkan pertolongan
Allah. Ketakjuban di balik kejadian melahirkan sepatutnya dimuarakan
pada Kebesaran Allah Ta’ala yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Alhamdulillah makin banyak bayi-bayi terlahir dari rahim keluarga
muslim. Barakallah. Amiin.
Make Money at :
http://bit.ly/copy_win
Selalu ada kesan
dibalik kejadian melahirkan bayi. Saya sendiri belum pernah merasakan
yang namanya melahirkan. Hanya saja melahirkan demikian identik dengan
perjuangan dan pengorbanan. Banyaknya pengalaman teman yang terjumpai
menyiratkan dan menggambarkan jelas bahwa melahirkan mampu menembus
batas. Yang tak berdaya menjadi berdaya, yang luka menjadi bahagia, yang
lelah-payah menjadi puas, bahkan yang dirasa mustahil mampu terwujud
apa adanya.
Entah ke berapa kalinya saya dengar kisah para sahabat yang telah
mengalami fase ini. Satu kata yang senantiasa mampir di dalam benak,
tiap kali dengar kisah mereka adalah: Takjub. Ketakjuban kisah mereka
menjadi referensi berharga yang memenuhi ruang pengetahuan abstrak di
dalam kepala. Sementara otak saya mengerut-ngerut merumuskan, bisa jadi
Perjuangan & Pengorbanan melahirkan = Menembus batas x Ketakjuban.
Artinya semakin besar perjuangan dan pengorbanan saat melahirkan maka
semakin tebal batas yang ditembus dikalikan besarnya takjub yang semakin
berlimpah.
Rata-rata mereka melahirkan anak pertama. Jadi masih meraba, menerka,
dan akhirnya membuktikan sendiri yang namanya melahirkan. Inilah yang
menarik! Pengalaman pertama tentu akan menjadi pelajaran yang berharga
untuk mewujudkan pengalaman berikutnya menjadi lebih mudah, tenang, dan
bahagia. Meskipun letupan-letupan tak terduga senantiasa ada untuk
membuat kesan yang berbeda.
Saya menangkap kesan bahwa melahirkan anak pertama dari persiapan hingga
persalinan selesai, terdapat aura kebingungan dari tiap pasutri.
Bingung dengan analisis dokter yang menyarankan Caesar atau normal.
Bingung memilih fasilitas kesehatan yang mendukung kemampuan. Bingung
dengan ribetnya administrasi rujukan Faskes. Apalagi bingung karena
pertanyaan mengapa ini sangat membingungkan?
Bersyukurlah! Allah senantiasa menebas kebingungan bagi siapa saja yang
meminta petunjuk-Nya. Allah mantapkan hati ini untuk memilih yang lebih
diridhoi lewat istikharah. Allah gesitkan langkah kaki dengan disertai
harap dan cemas. Allah fasihkan mulut mengucap pilihan terbaik. Ya
Allah, bahkan ketakjuban saya bertambah-tambah pada pasutri rantauan
yang tak ditemani keluarga dekat saat proses melahirkan… Hanya berdua
wira-wiri dan berupaya mandiri.
Bahkan saya tak sanggup membayangkan jikalau kelak melahirkan tanpa
dibersamai keluarga. Saya akan sangat membutuhkan dukungan dan doa,
perhatian dan kasih sayang, kekuatan dan ketahanan, apalagi kemudahan
dan kenyamanan. Siapa lagi kalau bukan keluarga yang benar-benar menjadi
yang terdepan dalam membantu kelancaran proses melahirkan. Yaah
bagaimanapun jua tiap wanita mendambakan hal yang ideal.
Sekali lagi saya takjub pada mereka yang telah melewati fase melahirkan
dengan kondisi dan kisah apapun. Selamat karena mereka telah menumbas
batas yang bergantung pada tingkat perjuangan dan pengorbanannya. Saya
yakin mereka yang melewati fase melahirkan benar-benar telah mengamalkan
salah satu ayat qur’an: Tiada daya dan upaya melainkan pertolongan
Allah. Ketakjuban di balik kejadian melahirkan sepatutnya dimuarakan
pada Kebesaran Allah Ta’ala yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Alhamdulillah makin banyak bayi-bayi terlahir dari rahim keluarga
muslim. Barakallah. Amiin.
Make Money at :
http://bit.ly/copy_win
Selalu ada kesan
dibalik kejadian melahirkan bayi. Saya sendiri belum pernah merasakan
yang namanya melahirkan. Hanya saja melahirkan demikian identik dengan
perjuangan dan pengorbanan. Banyaknya pengalaman teman yang terjumpai
menyiratkan dan menggambarkan jelas bahwa melahirkan mampu menembus
batas. Yang tak berdaya menjadi berdaya, yang luka menjadi bahagia, yang
lelah-payah menjadi puas, bahkan yang dirasa mustahil mampu terwujud
apa adanya.
Entah ke berapa kalinya saya dengar kisah para sahabat yang telah
mengalami fase ini. Satu kata yang senantiasa mampir di dalam benak,
tiap kali dengar kisah mereka adalah: Takjub. Ketakjuban kisah mereka
menjadi referensi berharga yang memenuhi ruang pengetahuan abstrak di
dalam kepala. Sementara otak saya mengerut-ngerut merumuskan, bisa jadi
Perjuangan & Pengorbanan melahirkan = Menembus batas x Ketakjuban.
Artinya semakin besar perjuangan dan pengorbanan saat melahirkan maka
semakin tebal batas yang ditembus dikalikan besarnya takjub yang semakin
berlimpah.
Rata-rata mereka melahirkan anak pertama. Jadi masih meraba, menerka,
dan akhirnya membuktikan sendiri yang namanya melahirkan. Inilah yang
menarik! Pengalaman pertama tentu akan menjadi pelajaran yang berharga
untuk mewujudkan pengalaman berikutnya menjadi lebih mudah, tenang, dan
bahagia. Meskipun letupan-letupan tak terduga senantiasa ada untuk
membuat kesan yang berbeda.
Saya menangkap kesan bahwa melahirkan anak pertama dari persiapan hingga
persalinan selesai, terdapat aura kebingungan dari tiap pasutri.
Bingung dengan analisis dokter yang menyarankan Caesar atau normal.
Bingung memilih fasilitas kesehatan yang mendukung kemampuan. Bingung
dengan ribetnya administrasi rujukan Faskes. Apalagi bingung karena
pertanyaan mengapa ini sangat membingungkan?
Bersyukurlah! Allah senantiasa menebas kebingungan bagi siapa saja yang
meminta petunjuk-Nya. Allah mantapkan hati ini untuk memilih yang lebih
diridhoi lewat istikharah. Allah gesitkan langkah kaki dengan disertai
harap dan cemas. Allah fasihkan mulut mengucap pilihan terbaik. Ya
Allah, bahkan ketakjuban saya bertambah-tambah pada pasutri rantauan
yang tak ditemani keluarga dekat saat proses melahirkan… Hanya berdua
wira-wiri dan berupaya mandiri.
Bahkan saya tak sanggup membayangkan jikalau kelak melahirkan tanpa
dibersamai keluarga. Saya akan sangat membutuhkan dukungan dan doa,
perhatian dan kasih sayang, kekuatan dan ketahanan, apalagi kemudahan
dan kenyamanan. Siapa lagi kalau bukan keluarga yang benar-benar menjadi
yang terdepan dalam membantu kelancaran proses melahirkan. Yaah
bagaimanapun jua tiap wanita mendambakan hal yang ideal.
Sekali lagi saya takjub pada mereka yang telah melewati fase melahirkan
dengan kondisi dan kisah apapun. Selamat karena mereka telah menumbas
batas yang bergantung pada tingkat perjuangan dan pengorbanannya. Saya
yakin mereka yang melewati fase melahirkan benar-benar telah mengamalkan
salah satu ayat qur’an: Tiada daya dan upaya melainkan pertolongan
Allah. Ketakjuban di balik kejadian melahirkan sepatutnya dimuarakan
pada Kebesaran Allah Ta’ala yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Alhamdulillah makin banyak bayi-bayi terlahir dari rahim keluarga
muslim. Barakallah. Amiin.
Make Money at :
http://bit.ly/copy_win