Allah menyebutkan bahwa sebagian dari prasangka adalah dosa.
Memang benar, karena pada kenyataannya prasangka itu hampir selalu mengikuti keinginan hawa nafsu.
Ketika seseorang mendapatkan sesuatu berita negatif (yang belum pasti kebenarannya), maka dengan pantasnya syaitan duduk di sampingnya, menambahkan berita itu dengan beribu macam dugaan dan membisikannya ke dalam hati manusia.
Hendaklah kita segera menepis segala pemikiran, dugaan, prasangka yang terlintas, agar kita tidak terjerumus ke dalam dosa dan segera beristighfar minta ampun kepada Allah.
Selanjutnya Allah pun melarang kita kaum muslimin mencari-cari kesalahan orang lain (apalagi saudara sendiri) dan mengaibkan mereka, hingga Allah memisalkan perbuatan tersebut seperti memakan daging saudara sendiri.
Siapakah yang sudi memakan daging seperti itu ?
Jika kita kebetulan mendengar sesuatu hal tentang saudara kita, yang belum teruji kebenarannya, maka wajiblah bagi kita untuk mendahulukan prasangka baik (husnudzon) sebelum prasangka buruk (su’udzon).
Prasangka baik inilah yang Insya Allah akan menjadikan hubungan persaudaraan (ukhuwah) semakin erat dan melindungi kita dari penyakit hati iri dan dengki terhadap saudara seiman.
Ikatan persaudaraan yang dilandasi oleh iman, yang terlindung dari prasangka buruk dan kedengkian inilah yang akan mampu membangunkan Islam yang tahan menghadapi serangan panas, hujan dan badai.
Amin.
Semoga bermanfaat. (semoga saya gak ada salah pengejaan ya, terutama kutipan ayat-ayat suci Allah)
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
C U in the next topic :)
No comments:
Post a Comment