Setelah anda lulus anda ingin jadi
apa? Bidang kerja sebenarnya sangat luas, peluang bekerja anda sangat
bervariasi. Sebelum akhirnya anda memilih (ya memilih bukan terpaksa)
suatu jalur karier, seperti pertimbangkan
hal berikut:
a. passion
b. competence
c. contribution to the community.
b. competence
c. contribution to the community.
Jika ternyata anda merasa bahwa dari tiga hal tersebut, anda punya “feeling” ingin menjadi seorang dosen, mungkin ada baiknya anda sempatkan membaca tulisan di bawah ini.
Tulisan ini tentunya adalah pendapat pribadi, tidak mencerminkan pendapat suatu institusi. Dan seperti biasa, kita bisa sepakat untuk tidak sepakat. Mari kita lihat satu persatu “mitos” dan “fakta” seputar profesi dosen.
# Dosen = pilihan terakhir
Ini terjadi jika anda sudah melamar ke sana ke mari di berbagai perusahaan, pemda dan sejenisnya dan belum beruntung. Akhirnya, sebagai pilihan terakhir anda TERPAKSA melamar menjadi dosen dan diterima.
Ini terjadi jika anda sudah melamar ke sana ke mari di berbagai perusahaan, pemda dan sejenisnya dan belum beruntung. Akhirnya, sebagai pilihan terakhir anda TERPAKSA melamar menjadi dosen dan diterima.
Saya sungguh prihatin jika anda nanti mengalami hal seperti ini.
Bekerja apapun itu, jika terpaksa ya berarti nggak ikhlas. Jika tidak
ikhlas anda tidak akan termotivasi. Kerja anda menjadi tidak 100%. You’re wasting your time. Karier sebagai dosen, terutama di PT favorit & Jurusan favorit sudah sangat kompetitif. Kompetitif sejak dari seleksi masuknya
maupun dalam perjalanan kariernya. Anda yang gak ikhlas alias terpaksa
tidak akan bisa bertahan dalam dunia yang sangat kompetitif.
# Dosen = santai
Mungkin sebagian dari kita menganggap kerja dosen santai. Dosen ‘kan ngajarnya sedikit SKS. Bisa masuk kerja semau gue jamnya. Abis kuliah ngilang. Nggak ada yg bakal marahin seperti kalau kerja di kantor atau pabrik.
Mungkin sebagian dari kita menganggap kerja dosen santai. Dosen ‘kan ngajarnya sedikit SKS. Bisa masuk kerja semau gue jamnya. Abis kuliah ngilang. Nggak ada yg bakal marahin seperti kalau kerja di kantor atau pabrik.
Well, it all depends.
Perlu diingat pula bahwa tugas dosen ada tiga:
a. edukasi
b. penelitian
c. community services
a. edukasi
b. penelitian
c. community services
Jadi, kalo anda bayangkan dosen bisa bersantai saat tidak ada kuliah,
ya itu tidak tepat. Kuliah di kelas hanyalah sebagian dari tugas anda.
Di bidang edukasi, di samping mengajar di depan kelas, anda juga
bertanggung jawab memeriksa ujian, memutakhirkan bahan ajar, membaca
buku-buku terbaru, membuat inovasi kegiatan belajar. Mahasiswa anda
nantinya kan pasti gak senang kalo dapet kuliah yg isi materinya dibuat
10 tahun yang lalu – outdated. Anda cuman ngajarin apa yg dulu
anda dapetkan waktu kuliah. Ilmu berkembang sangat pesat. Belum
kegiatan lain seperti penelitian yg bisa sangat memakan waktu (dan
menguras pikiran), serta pengabdian masyarakat. Menurut saya,saat tidak sedang mengajar di kelas atau melaksanakan tugas lain;
dosen sama seperti halnya pekerja
kantoran / pabrikan. Jadi kalau motivasi anda menjadi dosen adalah supaya bisa banyak waktu luang, well… dengan berat hati saya katakan anda tidak benar.
# Dosen itu gajinya kecil
Persepsi yang sangat biasa muncul terutama di Indonesia. Kalau anda jadi profesor di Malaysia atau Singapura, kasus ini jelas gak ada. Anda tahu berapa gaji seorang profesor di Singapura? SGD 20,000 perbulan. Silahkan anda konversi sendiri ke rupiah.
Persepsi yang sangat biasa muncul terutama di Indonesia. Kalau anda jadi profesor di Malaysia atau Singapura, kasus ini jelas gak ada. Anda tahu berapa gaji seorang profesor di Singapura? SGD 20,000 perbulan. Silahkan anda konversi sendiri ke rupiah.
Oke, lalu bagaimana dengan di Indonesia?
Saya selalu teringat pesan salah satu dosen saya dulu di S2: “dosen itu memang gaji (salary)-nya rendah, tapi pendapatannya (income)-nya tergantung dari dosen itu sendiri”.
Saya selalu teringat pesan salah satu dosen saya dulu di S2: “dosen itu memang gaji (salary)-nya rendah, tapi pendapatannya (income)-nya tergantung dari dosen itu sendiri”.
Rejeki yang memang sudah diatur oleh Allah SWT, Insya
Allah akan mengikuti dedikasi, kesungguhan, doa, dan kejujuran anda.
Tentunya, hal itu perlu proses. Sebagai gambaran kasar, dulu si X pernah bekerja di kontraktor
Jakarta. Setelah pindah ke luar kota dan memilih (ya MEMILIH, bukan
terpaksa) menjadi dosen, berdasar informasi , rejeki si X setelah
menjadi dosen tak kalah dibandingkan saat kerja di kontrakor – seringnya
lebih besar. :) So don’t worry rejeki sudah ada yang mengatur.
# Proyek
“Dosen mroyek”. Kalimat ini biasanya berimplikasi negatif.
“Dosen mroyek”. Kalimat ini biasanya berimplikasi negatif.
Saya pribadi berpendapat bahwa bekerja sama dengan industri untuk
seorang dosen itu boleh – bahkan harus. Bekerja sama dengan industri
untuk seorang dosen saya masukkan dalam kategori pengabdian masyarakat. Mahasiswa anda tentu lebih bangga kalau tahu ternyata dosennya punya
relasi yang luas dan baik dengan dunia industri. Pendapat dosennya
menjadi pegangan dunia industri. dll. Dengan relasi yang kuat antara
dosen dan industri, lulusan akan lebih mudah diterima kerja. Mahasiswa
akan lebih mudah mendapatkan tempat magang, kerja praktek, tempat
skripsi, dll. Kerja sama dengan industri akan membuat dosen jadi gaul – nggak kuper. Bayangkan kalau dosennya aja kuper, gak ngeh kalau di luar sana ternyata -misal- linear programming sudah biasa dipakai di industri dengan menggunakan Excel. Kira-kira mahasiswanya akan seperti apa?
Tentu, tidak sembarang proyek bisa diambil dosen. Jadi sebenarnya apa sih proyek itu buat seorang dosen?
a. Proyek = interaksi ilmu teori dan praktis antara dosen dan mereka yg bekerja di dunia industri.
b. Proyek = network dengan dunia industri
c. proyek = tugas institusi, menambah pendapatan untuk institusi
d. proyek tidak melupakan tugas dosen yg lain
a. Proyek = interaksi ilmu teori dan praktis antara dosen dan mereka yg bekerja di dunia industri.
b. Proyek = network dengan dunia industri
c. proyek = tugas institusi, menambah pendapatan untuk institusi
d. proyek tidak melupakan tugas dosen yg lain
– bersambung …
No comments:
Post a Comment