Seorang boss menimbullkan ketakutan; tetapi seorang pemimpin
memancarkan kasih.
Seorang boss mengatakan AKU; tetapi seorang pemimpin
mengatakan KITA.
Seorang boss menunjuk siapa yang bersalah; tetapi
seorang pemimpin menunjuk apa yang salah.
Seorang boss tahu bagaimana
sesuatu dikerjakan; tetapi seorang pemimpin tahu bagaimana
mengerjakannya. Seorang boss menuntut rasa hormat; tetapi seorang
pemimpin membangkitkan rasa hormat.
Seorang boss mengatakan PERGI!!!; tetapi seorang pemimpin berkata MARI KITA PERGI!!!
Maka jadilah anda seorang Pemimpin dan bukan seorang boss.
Bila anda menjadi seorang pemimpin atau anda mendapat amanah menjadi
seorang pemimpin, maka anda harus mampu mawas diri. Tidak sombong, dan
memiliki kerendahan hati. Harus berani dikritik, dan siap menerima
kecaman dari bawahan. Tetapi yakinlah bila anda mampu memberikan
keteladanan atau contoh yang baik kepada orang-orang yang anda pimpin,
maka mereka pun akan sungkan dengan anda. Merekapun akan malu bila tak
seide dengan pemimpinnya. Sebab keteladanan adalah cara jitu dalam
memimpin.
Sekarang ini, banyak pemimpin yang mau benarnya
sendiri. Tak peduli dengan omongan orang bawahan. Padahal, seorang
pemimpin itu harus lebih banyak mendengar, dan melayani dengan sepenuh
hati orang-orang yang dipimpinnya. Bukan justru minta dilayani, dan
banyak ngomongnya.
Bila kita mampu memberikan contoh yang baik,
dan satu kata antara perkataan dan perbuatan, maka orang yang dipimpin
oleh anda akan takluk dan tunduk dengan kepemimpinan anda. Tetapi bila
anda tak banyak memberikan contoh, lalu selalu menyalahkan bawahan anda,
maka apapun yang anda katakan akan disepelekan.
Ketika omongan pemimpin sudah tidak didengar lagi oleh orang yang dipimpinnya. Kalau sudah begitu, seorang pemimpin harus instrospeksi diri. Bacalah istighfar memohon ampun kepada Allah.
Keteladanan seorang pemimpin saat ini mungkin menjadi barang langka di
negeri ini. Menjadi pemimpin di negeri ini bukan untuk melayani, tetapi
justru minta dilayani. Kalau ada urusan duit, maka pemimpin yang seperti
itu akan berdiri di depan, dan bila tak ada duitnya dia akan lesu tak
bernafsu.
Keteladanan seorang pemimpin sebenarnya ada dalam diri
kita.Contoh pemimpin yang baik adalah tepat waktu,
dan tidak membiarkan orang lain menunggu. Baginya waktu bagaikan pedang.
Bila tak tepat waktu, maka dia tak akan memberikan keteladanan yang
baik. Itu baru soal waktu, dan belum soal lainnya. Tidak mudah menjadi
seorang pemimpin yang tepat waktu.
Keteladanan adalah kunci
pendidikan sepanjang masa. Siapa yang mampu memberikan contoh yang baik,
maka dia akan menjadi seorang pemimpin yang sejati. Tak perlu banyak
omong cukup keteladanan saja.
Menjadi seorang pemimpin selain
memberikan contoh dan tauladan yang baik, Dia juga sudah harus siap
untuk mendapatkan masukan dan saran dari bawahan ke arah perbaikan
kinerjanya. Bila ada bawahan yang mengkritiknya, justru dia bersyukur.
Bukan justru mencari-cari kesalahan orang yang mengkritiknya.
“Barang siapa yang memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya
pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang-orang yang mengikutinya
hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala
orang-orang yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang
memberikan contoh yang buruk didalam Islam maka baginya dosa atas
perbuatannya dan dosa orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat.
Yang demikian itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang
mengikutinya” (HR Muslim).
Sungguh hadits ini mengingatkan kita
untuk selalu berhati-hati dalam memberikan contoh, apalagi sebagai orang
tua yang telah memiliki anak. Kita dituntut lebih hati-hati dalam
memberikan contoh. Sengaja atau tidak, ada efek negatif maupun positif.
Kesalahan dalam membentuk karakter anak misalnya tanpa sengaja dapat
terjadi dengan keteladanan yang buruk. Akibatnya bisa fatal, yaitu
membentuk karakter yang rusak. Anak kita pun tak menjadi anak yang
sholeh.
Sebagai seorang pendidik saya berusaha keras untuk
memberikan keteladanan di depan peserta didik. Bila saya tak memberikan
contoh yang baik, maka anak-anakpun akan “mencla-mencle” bila bertemu
dengan saya. Keteladanan dalam dunia pendidikan adalah sangat penting,
apalagi kita sebagai orang tua yang diamanahi Allah berupa anak-anak,
maka kita harus menjadi teladan yang baik buat anak-anak. Kita harus
bisa menjadi figur yang ideal bagi anak-anak. Kita harus menjadi panutan
yang bisa mereka andalkan dalam mengarungi kehidupan ini.
Para
pembaca yang saya banggakan. Keteladanan seorang pemimpin akan terlihat
ketika dia marah. Pada saat itulah sebenarnya musuh utamanya. Seorang
pemimpin yang tak mampu menahan marah, maka sesungguhnya dia bukanlah
seorang pemimpin.
Keteladanan sangat kita butuhkan sekarang di
semua sisi kehidupan, baik berkaitan dengan diri sendiri, keluarga,
lingkungan sekitar, sekolah, masyarakat,umat, negara dan bangsa.
Keteladanan yang kita lihat saat ini sudah mulai berkurang sehingga
tatanan negara, bangsa, umat dan keluarga akhir-akhir ini menjadi sangat
buruk. Tentu kita prihatin akan hal ini.
Solusinya adalah mari
menjadi seorang pemimpin yang mampu memberikan keteladanan, dan itu
dimulai dari diri kita sendiri. Tak perlu sibuk mencari kesalahan orang
lain, karena sesungguhnya kita yang masih banyak kekurangannya dalam
memimpin. Terutama memimpin diri kita sendiri.
Bila anda sudah
menjadi orang tua, maka jadilah orang tua yang mampu memberikan
keteladanan untuk anak-anak kita. Karena keteladanan seorang ayah dan
ibu yang baik, maka sang anak bisa menjadi anak yang shaleh, berbakti
dan mampu menyenangkan kedua orang tuanya.
Bila anda seorang
guru atau dosen, maka jadilah yang mampu memberikan keteladanan. Karena
keteladanan seorang pengajar, seorang peserta ididik
menjadi tidak hanya pintar dalam hal akademik namun
berbudi luhur. Cerdas Otak dan cerdas watak.
Bila anda pemimpin
instansi, berilah keteladanan bawahan anda. Karena keteladanan seorang
pimpinan di instansi, seorang bawahan akan mengerti cara-cara bekerja
yang baik dan efektif untuk melayani kepentingan masyarakat. Bila anda
seorang dai, berilah keteladan yang baik berupa tindakan dan bukan
ucapan semata. Karena keteladanan pulalah dari seorang dai, umat akan
merasakan langsung aplikasi dari semua ceramah ataupun tausyiah yang
telah disampaikan oleh dai tersebut.
Bila anda seorang presiden,
maka jadilah presiden yang mampu memberikan keteladanan. Karena
keteladanan dari seorang pemimpin bangsa, maka rakyat akan bersemangat
dalam membangun bangsanya menyongsong pembangunan di era sekarang.
Terkadang, tidak dibutuhkan sesuatu yang sulit untuk memberi contoh
kepada orang lain selain modal Keteladanan.
Oleh karena itu
keteladanan seorang pemimpin harus ada dalam diri kita masing-masing.
Setiap diri kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta
pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Mari mencontoh baginda nabi
Muhammad SAW dalam memberikan keteladanan. Jadikan sifat Siddiq,
tabligh, amanah, dan fathonah (STAF) ada dalam diri kita sebagai seorang
pemimpin.
No comments:
Post a Comment