Setiap orang hakikatnya
merupakan pemimpin, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:
Kullukum ro'in wa kullukum
mas'ulun an ro'iyyatihi (Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai
pertanggung jawaban dari kepemimpinannya itu)
Namun untuk menjadi
pemimpin yang baik diperlukan kiat-kiat tertentu, sehingga akhirnya dapat
menjadi pemimpin yang matang dan bijak dalam mengemban tugasnya.
Adapun kiat-kiat menjadi pemimpin yang bijak antara lain tidak emosional. Hal ini berarti orang yang temperamental, mudah marah, meledak-ledak, gampang tersinggung, sulit menjadi pemimpin bijak, jadi orang yang bijak adalah orang yang terampil mengendalikan diri. Berhati-hatilah jika kita termasuk orang yang mudah marah maka jika bertindak biasanya cenderung tergesa-gesa. Orang-orang yang emosional tersinggung sedikit oleh bawahannya akan sibuk membela diri dan membalas menyerang, ini tidak bijaksana karena yang dicari adalah kemenangan pribadi bukan kebenaran itu sendiri.
Adapun kiat-kiat menjadi pemimpin yang bijak antara lain tidak emosional. Hal ini berarti orang yang temperamental, mudah marah, meledak-ledak, gampang tersinggung, sulit menjadi pemimpin bijak, jadi orang yang bijak adalah orang yang terampil mengendalikan diri. Berhati-hatilah jika kita termasuk orang yang mudah marah maka jika bertindak biasanya cenderung tergesa-gesa. Orang-orang yang emosional tersinggung sedikit oleh bawahannya akan sibuk membela diri dan membalas menyerang, ini tidak bijaksana karena yang dicari adalah kemenangan pribadi bukan kebenaran itu sendiri.
Yang kedua tidak egois.
Orang yang egois jelas tidak akan dapat menjadi pemimpin bijak, karena bijak
itu pada dasarnya ingin kebaikan bersama, orang yang egois biasanya hanya
menginginkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Orang yang bijak adalah orang yang
mau berkorban untuk orang lain bukan mengorbankan orang lain untuk kepentingan
dirinya sendiri.
Yang ketiga suka, cinta
dan rindu pada nasihat. Akan sangat bodoh
jika kita masuk hutan tanpa bertanya kepada orang yang tahu mengenai hutan.
Jika kita di beri nasihat seharusnya kita berterima kasih. Jika kita
tersinggung karena di sebut bodoh maka seharusnya kita tersinggung jika disebut
pintar karena itu tidak benar. Jika kita alergi terhadap kritik, saran, nasehat
atau koreksi maka kita tidak akan bisa menjadi pemimpin yang bijak. Jika
seorang pemimpin alergi terhadap saran atau nasehat, bahkan memusuhi orang atau
bawahannya yang mengkritik, maka dia tidak akan pernah bisa menjadi pemimpin
yang baik dan bijak.
Yang keempat memiliki
kasih sayang terhadap sesama. Rasa sayang yang ada diharapkan tetap berpijak
pada rambu-rambu yang ada seperti ketegasan. Orang-orang yang bijak akan sayang
terhadap sesama. Berbeda dengan orang-orang yang hidup penuh dengan kebencian,
dimana kepuasan batinnya adalah menghancurkan orang lain.
Pemimpin sebaiknya
memiliki kasih sayang yang berlimpah tidak hanya pada waktu di tempat tugas
saja. Tetapi kasih sayangnya juga tidak hanya untuk satu pihak atau kelompok
melainkan merata untuk semua golongan.
Yang kelima selalu
berupaya membangun. Orang yang bijak tidak hanyut oleh masa lalu yang membuat
lumpuh tetapi selalu menatap ke depan untuk memperbaiki segalanya. Pemimpin
yang bijak akan membangkitkan semangat bawahannya yang lemah, menerangi sesuatu
yang gelap. Jika melihat orang yang berdosa, maka ia akan bersemangat untuk
mengajak orang tersebut untuk bertaubat. Pemimpin yang bijak ingin membuat
orang maju dan sangat tidak menyukai kehancuran dan kelumpuhan kecuali bagi
keburukan. Semangat pemimpin yang bijak adalah semangat untuk maju tidak hanya
untuk dirinya tetapi juga bagi bawahannya dan orang lain disekitarnya.
Jadi yang dibutuhkan
seorang pemimpin bijak adalah pribadi yang tidak emosional, tidak egois, penuh
kasih sayang, cinta akan nasihat dan memiliki semangat terus menerus untuk
membangun dirinya, bawahannya atau yang dipimpinnya, ummat serta bangsa ini,
dia tidak akan peduli walaupun dibalik kebangkitan yang ada dia mungkin akan
tenggelam. Pemimpin yang bijak tidak peduli akan popularitas dan tidak peduli
dengan adanya pujian manusia karena kuncinya adalah ketulusan hati, adalah tidak
akan bisa bijak jika kita selalu mengharapkan sesuatu dari apa yang kita
lakukan. Kita hanya akan menikmati sikap bijak jika kita bisa memberikan
sesuatu dari rizki kita, bukannya mengharapkan sesuatu dari yang kita kerjakan.
Wallahu a’lam bishshawab.
No comments:
Post a Comment