Tuesday 23 December 2014

Embun Jiwa: BOSS?? atau PEMIMPIN??

Seorang boss menimbullkan ketakutan; tetapi seorang pemimpin memancarkan kasih. 
Seorang boss mengatakan AKU; tetapi seorang pemimpin mengatakan KITA. 
Seorang boss menunjuk siapa yang bersalah; tetapi seorang pemimpin menunjuk apa yang salah. 
Seorang boss tahu bagaimana sesuatu dikerjakan; tetapi seorang pemimpin tahu bagaimana mengerjakannya. Seorang boss menuntut rasa hormat; tetapi seorang pemimpin membangkitkan rasa hormat. 
Seorang boss mengatakan PERGI!!!; tetapi seorang pemimpin berkata MARI KITA PERGI!!!

Maka jadilah anda seorang Pemimpin dan bukan seorang boss.

Bila anda menjadi seorang pemimpin atau anda mendapat amanah menjadi seorang pemimpin, maka anda harus mampu mawas diri. Tidak sombong, dan memiliki kerendahan hati. Harus berani dikritik, dan siap menerima kecaman dari bawahan. Tetapi yakinlah bila anda mampu memberikan keteladanan atau contoh yang baik kepada orang-orang yang anda pimpin, maka mereka pun akan sungkan dengan anda. Merekapun akan malu bila tak seide dengan pemimpinnya. Sebab keteladanan adalah cara jitu dalam memimpin.

Sekarang ini, banyak pemimpin yang mau benarnya sendiri. Tak peduli dengan omongan orang bawahan. Padahal, seorang pemimpin itu harus lebih banyak mendengar, dan melayani dengan sepenuh hati orang-orang yang dipimpinnya. Bukan justru minta dilayani, dan banyak ngomongnya.

Bila kita mampu memberikan contoh yang baik, dan satu kata antara perkataan dan perbuatan, maka orang yang dipimpin oleh anda akan takluk dan tunduk dengan kepemimpinan anda. Tetapi bila anda tak banyak memberikan contoh, lalu selalu menyalahkan bawahan anda, maka apapun yang anda katakan akan disepelekan. 

Ketika omongan pemimpin sudah tidak didengar lagi oleh orang yang dipimpinnya. Kalau sudah begitu, seorang pemimpin harus instrospeksi diri. Bacalah istighfar memohon ampun kepada Allah.

Keteladanan seorang pemimpin saat ini mungkin menjadi barang langka di negeri ini. Menjadi pemimpin di negeri ini bukan untuk melayani, tetapi justru minta dilayani. Kalau ada urusan duit, maka pemimpin yang seperti itu akan berdiri di depan, dan bila tak ada duitnya dia akan lesu tak bernafsu.

Keteladanan seorang pemimpin sebenarnya ada dalam diri kita.Contoh pemimpin yang baik adalah tepat waktu, dan tidak membiarkan orang lain menunggu. Baginya waktu bagaikan pedang. Bila tak tepat waktu, maka dia tak akan memberikan keteladanan yang baik. Itu baru soal waktu, dan belum soal lainnya. Tidak mudah menjadi seorang pemimpin yang tepat waktu.

Keteladanan adalah kunci pendidikan sepanjang masa. Siapa yang mampu memberikan contoh yang baik, maka dia akan menjadi seorang pemimpin yang sejati. Tak perlu banyak omong cukup keteladanan saja.
Menjadi seorang pemimpin selain memberikan contoh dan tauladan yang baik, Dia juga sudah harus siap untuk mendapatkan masukan dan saran dari bawahan ke arah perbaikan kinerjanya. Bila ada bawahan yang mengkritiknya, justru dia bersyukur. Bukan justru mencari-cari kesalahan orang yang mengkritiknya.

“Barang siapa yang memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang memberikan contoh yang buruk didalam Islam maka baginya dosa atas perbuatannya dan dosa orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang mengikutinya” (HR Muslim).

Sungguh hadits ini mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dalam memberikan contoh, apalagi sebagai orang tua yang telah memiliki anak. Kita dituntut lebih hati-hati dalam memberikan contoh. Sengaja atau tidak, ada efek negatif maupun positif. Kesalahan dalam membentuk karakter anak misalnya tanpa sengaja dapat terjadi dengan keteladanan yang buruk. Akibatnya bisa fatal, yaitu membentuk karakter yang rusak. Anak kita pun tak menjadi anak yang sholeh.

Sebagai seorang pendidik saya berusaha keras untuk memberikan keteladanan di depan peserta didik. Bila saya tak memberikan contoh yang baik, maka anak-anakpun akan “mencla-mencle” bila bertemu dengan saya. Keteladanan dalam dunia pendidikan adalah sangat penting, apalagi kita sebagai orang tua yang diamanahi Allah berupa anak-anak, maka kita harus menjadi teladan yang baik buat anak-anak. Kita harus bisa menjadi figur yang ideal bagi anak-anak. Kita harus menjadi panutan yang bisa mereka andalkan dalam mengarungi kehidupan ini.

Para pembaca yang saya banggakan. Keteladanan seorang pemimpin akan terlihat ketika dia marah. Pada saat itulah sebenarnya musuh utamanya. Seorang pemimpin yang tak mampu menahan marah, maka sesungguhnya dia bukanlah seorang pemimpin.

Keteladanan sangat kita butuhkan sekarang di semua sisi kehidupan, baik berkaitan dengan diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar, sekolah, masyarakat,umat, negara dan bangsa. Keteladanan yang kita lihat saat ini sudah mulai berkurang sehingga tatanan negara, bangsa, umat dan keluarga akhir-akhir ini menjadi sangat buruk. Tentu kita prihatin akan hal ini.

Solusinya adalah mari menjadi seorang pemimpin yang mampu memberikan keteladanan, dan itu dimulai dari diri kita sendiri. Tak perlu sibuk mencari kesalahan orang lain, karena sesungguhnya kita yang masih banyak kekurangannya dalam memimpin. Terutama memimpin diri kita sendiri.

Bila anda sudah menjadi orang tua, maka jadilah orang tua yang mampu memberikan keteladanan untuk anak-anak kita. Karena keteladanan seorang ayah dan ibu yang baik, maka sang anak bisa menjadi anak yang shaleh, berbakti dan mampu menyenangkan kedua orang tuanya.

Bila anda seorang guru atau dosen, maka jadilah yang mampu memberikan keteladanan. Karena keteladanan seorang pengajar, seorang peserta ididik menjadi tidak hanya pintar dalam hal akademik namun berbudi luhur. Cerdas Otak dan cerdas watak.

Bila anda pemimpin instansi, berilah keteladanan bawahan anda. Karena keteladanan seorang pimpinan di instansi, seorang bawahan akan mengerti cara-cara bekerja yang baik dan efektif untuk melayani kepentingan masyarakat. Bila anda seorang dai, berilah keteladan yang baik berupa tindakan dan bukan ucapan semata. Karena keteladanan pulalah dari seorang dai, umat akan merasakan langsung aplikasi dari semua ceramah ataupun tausyiah yang telah disampaikan oleh dai tersebut.

Bila anda seorang presiden, maka jadilah presiden yang mampu memberikan keteladanan. Karena keteladanan dari seorang pemimpin bangsa, maka rakyat akan bersemangat dalam membangun bangsanya menyongsong pembangunan di era sekarang. Terkadang, tidak dibutuhkan sesuatu yang sulit untuk memberi contoh kepada orang lain selain modal Keteladanan.

Oleh karena itu keteladanan seorang pemimpin harus ada dalam diri kita masing-masing. Setiap diri kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Mari mencontoh baginda nabi Muhammad SAW dalam memberikan keteladanan. Jadikan sifat Siddiq, tabligh, amanah, dan fathonah (STAF) ada dalam diri kita sebagai seorang pemimpin.

Embun Jiwa : Pribadi Seorang Pemimpin yang Bijaksana



Setiap orang hakikatnya merupakan pemimpin, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:
Kullukum ro'in wa kullukum mas'ulun an ro'iyyatihi (Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggung jawaban dari kepemimpinannya itu)

Namun untuk menjadi pemimpin yang baik diperlukan kiat-kiat tertentu, sehingga akhirnya dapat menjadi pemimpin yang matang dan bijak dalam mengemban tugasnya.
Adapun kiat-kiat menjadi pemimpin yang bijak antara lain tidak emosional.  Hal ini berarti orang yang temperamental, mudah marah, meledak-ledak, gampang tersinggung, sulit menjadi pemimpin bijak, jadi orang yang bijak adalah orang yang terampil mengendalikan diri. Berhati-hatilah jika kita termasuk orang yang mudah marah maka jika bertindak biasanya cenderung tergesa-gesa. Orang-orang yang emosional tersinggung sedikit oleh bawahannya akan sibuk membela diri dan membalas menyerang, ini tidak bijaksana karena yang dicari adalah kemenangan pribadi bukan kebenaran itu sendiri.

Yang kedua tidak egois. Orang yang egois jelas tidak akan dapat menjadi pemimpin bijak, karena bijak itu pada dasarnya ingin kebaikan bersama, orang yang egois biasanya hanya menginginkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Orang yang bijak adalah orang yang mau berkorban untuk orang lain bukan mengorbankan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.

Yang ketiga suka, cinta dan rindu pada nasihat.  Akan sangat bodoh jika kita masuk hutan tanpa bertanya kepada orang yang tahu mengenai hutan. Jika kita di beri nasihat seharusnya kita berterima kasih. Jika kita tersinggung karena di sebut bodoh maka seharusnya kita tersinggung jika disebut pintar karena itu tidak benar. Jika kita alergi terhadap kritik, saran, nasehat atau koreksi maka kita tidak akan bisa menjadi pemimpin yang bijak. Jika seorang pemimpin alergi terhadap saran atau nasehat, bahkan memusuhi orang atau bawahannya yang mengkritik, maka dia tidak akan pernah bisa menjadi pemimpin yang baik dan bijak.

Yang keempat memiliki kasih sayang terhadap sesama. Rasa sayang yang ada diharapkan tetap berpijak pada rambu-rambu yang ada seperti ketegasan. Orang-orang yang bijak akan sayang terhadap sesama. Berbeda dengan orang-orang yang hidup penuh dengan kebencian, dimana kepuasan batinnya adalah menghancurkan orang lain.
Pemimpin sebaiknya memiliki kasih sayang yang berlimpah tidak hanya pada waktu di tempat tugas saja. Tetapi kasih sayangnya juga tidak hanya untuk satu pihak atau kelompok melainkan merata untuk semua golongan.

Yang kelima selalu berupaya membangun. Orang yang bijak tidak hanyut oleh masa lalu yang membuat lumpuh tetapi selalu menatap ke depan untuk memperbaiki segalanya. Pemimpin yang bijak akan membangkitkan semangat bawahannya yang lemah, menerangi sesuatu yang gelap. Jika melihat orang yang berdosa, maka ia akan bersemangat untuk mengajak orang tersebut untuk bertaubat. Pemimpin yang bijak ingin membuat orang maju dan sangat tidak menyukai kehancuran dan kelumpuhan kecuali bagi keburukan. Semangat pemimpin yang bijak adalah semangat untuk maju tidak hanya untuk dirinya tetapi juga bagi bawahannya dan orang lain disekitarnya.

Jadi yang dibutuhkan seorang pemimpin bijak adalah pribadi yang tidak emosional, tidak egois, penuh kasih sayang, cinta akan nasihat dan memiliki semangat terus menerus untuk membangun dirinya, bawahannya atau yang dipimpinnya, ummat serta bangsa ini, dia tidak akan peduli walaupun dibalik kebangkitan yang ada dia mungkin akan tenggelam. Pemimpin yang bijak tidak peduli akan popularitas dan tidak peduli dengan adanya pujian manusia karena kuncinya adalah ketulusan hati, adalah tidak akan bisa bijak jika kita selalu mengharapkan sesuatu dari apa yang kita lakukan. Kita hanya akan menikmati sikap bijak jika kita bisa memberikan sesuatu dari rizki kita, bukannya mengharapkan sesuatu dari yang kita kerjakan. Wallahu a’lam bishshawab.

Embun Jiwa : HALAL-HARAM

“Sesungguhnya Allah Maha baik, dan tidak menerima kecuali yang baik…” (HR. Bukhari Muslim)

Jika kita pahami hadist ini dan memahaminya dari sudut pandang 'HARTA', hadist ini menjelaskan bahwa harta yang berkah adalah harta yang disenangi Allah. Ia tidak harus banyak. Sedikit tapi berkah lebih baik daripada yang banyak tetapi tidak berkah. Untuk mendapatkan keberkahan harta harus halal. Karena Allah tidak mungkin memberkahi harta yang haram.

Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 100 menjelaskan bahwa tidaklah sama kualitas antara harta haram dengan harta halal, sekalipun harta yang haram begitu menakjubkan banyaknya. Harta haram dalam ayat di atas, Allah sebut dengan istilah khabits

Kata khabits menunjukkan sesuatu yang menjijikkan, seperti kotoran atau bangkai yang busuk dan tidak pantas untuk dikonsumsi karena akan merusak tubuh: secara fisik maupun mental. Tidak ada manusia yang mau memakan kotoran dan yang busuk. Sementara harta halal disebut dengan istilah thayyib, artinya baik, menyenangkan dan sangat membantu kesehatan fisik dan mental jika dikonsumsi.

Secara mentalitas dan psikologis harta mampu memengaruhi hati manusia. Harta haram apapun bentuknya yang diperoleh dari hasil mencuri, merampok, menipu, korupsi, illegal loging, riba, suap dan lain sebagainya, hanya akan menuntun pemiliknya untuk menjadi rakus dan kejam. Mengalami kebutaan hari nurani karena tidak mampu lagi membedakan mana harta yang baik dan tidak baik. Hanya hewanlah yang berperilaku demikian, memakan apa saja yang ada di hadapannya tanpa peduli siapa pemilik dari makanan tersebut.

Seseorang yang terbiasa mengonsumsi harta haram jiwanya akan meronta-ronta. Merasa tidak tenang, tanpa diketahui sebabnya. Kegelisahan demi kegelisahan akan terus menyeretnya ke lembah yang semakin jauh dari Allah. Lama kelamaan ia tidak merasa lagi berdosa dengan kemaksiatan.

Berkata bohong menjadi akhlaknya. Ia merasa tidak enak kalau tidak berbuat keji. Itulah bukti bahwa tidak mungkin harta haram mengandung keberkahan. Allah sangat membenci harta haram dan pelakunya. Seorang yang terbiasa menikmati harta haram doanya tidak akan Allah terima. 

Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari berbagai kejadian dalam kehidupan yang menunjukan harta telah menjadi musibah dan ujian bagi pemiliknya. Amat sangat mudah bagi Allah mengambil apa saja yang ada pada diri kita. Sebab semua yang kita miliki hari ini adalah titipan Nya belaka. Tidak ada gunanya menyombongkan diri memiliki uang yang banyak, harta benda, kendaraan dan keturunan yang cantik ataupun ganteng karena bagi Allah semua adalah titipan dan sekaligus ujian. 

Dengan kehendaknya Allah dapat membuat seseorang yang kaya raya menjadi bangkrut dengan menimpakan sakit yang mematikan. Hartanya tak mampu membantu dan habis dengan sendirinya. Orang yang pamer kendaraan mendapat ujian kecelakaan atau kendaraan tersebut rusak tanpa diketahui sebabnya. Ataupun memiliki anak cantik tetapi perbuatannya memalukan keluarga.

Rasulllah Saw bersabda:

العبادة عشرة اجزاء, تسعة منها فى طلب الحلال
(Ibadah itu 10 bagian, sembilan dari padanya adalah mencari rezeki halal).

Secara jelas Allah menyebutkan dalam firman-Nya pada surat Huud, ayat 6 yang artinya:
Dan tidak ada suatu binatang/makhluk melata pun (termasuk manusia) di muka bumi, melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia Maha Mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Jadi, pada hakikatnya setiap orang itu telah ditentukan nominal rezekinya, hanya saja adakalanya orang itu mengambil jatah rezekinya secara halal, namun tak jarang orang itu mengambil jatah rezekinya dengan cara yang haram.

Sedangkan berapa jumlah nominal rezeki seseorang itu dan kapan saja rezekinya dapat dinikmati, maka tentunya urusan ini adalah menjadi rahasia Allah semata. Jika saja Allah telah menentukan bahwa hari ini Dia tidak akan memberikan rezeki-Nya pada seseorang, maka dikejar kemanapun dan dengan cara apapun, pasti orang tersebut tidak akan mendapatkan jatah rezekinya itu. Sebaliknya, jika Allah menghendaki bahwa hari ini ada pembagian rezeki bagi seseorang, maka sekali pun orang itu tidur lelap di atas ranjang, maka pasti rezekinya itu akan datang sendiri kepadanya, tanpa harus bersusah payah mengejarnya.

Contoh kongkrit, ada kalanya Allah menggerakkan hati seseorang untuk mengadakan selamatan keluarga dengan cara kirim makanan (berkatan) kepada para tetangganya, di sisi lain Allah telah menentukan adanya pembagian rezeki berupa kiriman makanan (berkatan) itu bagi para tetangganya. Maka sekalipun ada tetangga yang ternyata sedang tidur lelap di atas ranjang, ia pun akan mendapatkan jatah rezekinya yang berupa kiriman makanan (berkatan) itu, tanpa harus susah-susah mencarinya.

Sekalipun demikian, Allah memberi kesempatan kepada setiap orang agar berikhtiar dan berusaha untuk mencari rezekinnya masing-masing, karena min sunnatillah la yaf’alu syaian illa bi asbab (dari kebiasaan Allah tidak akan menentukan sesuatu kecuali ada penyebabnya terlebih dahulu). Sebabnya Allah memberikan rezeki kepada seseorang itu karena umumnya orang tersebut telah berikhtiar dan berusaha mencari rezekinya itu.

Sekalipun Allah adalah Dzat Yang Maha Mampu untuk memberi rezeki kepada seseorang hanya berdasarkan kehendak-Nya, kun fayakuun (Jadilah, maka terjadilah apa yang Dia kehendaki). Namun karena kebiasaan Allah untuk menentukan sesuatu itu berdasarkan adanya suatu sebab, maka setiap orang harus mencari penyebab yang sangat memungkinkan Allah akan membagi rezeki-Nya kepada dirinya. Misalnya, dengan sebab bekerja yang halal, maka sangat memungkinkan Allah akan membagi rezeki-Nya yang halal untuk para pekerja itu. - See more at: http://www.pejuangislam.com/main.php?prm=karya&var=detail&id=700#sthash.iaFBu5fj.dpuf
Secara jelas Allah menyebutkan dalam firman-Nya pada surat Huud, ayat 6 yang artinya:
Dan tidak ada suatu binatang/makhluk melata pun (termasuk manusia) di muka bumi, melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia Maha Mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Jadi, pada hakikatnya setiap orang itu telah ditentukan nominal rezekinya, hanya saja adakalanya orang itu mengambil jatah rezekinya secara halal, namun tak jarang orang itu mengambil jatah rezekinya dengan cara yang haram.

Sedangkan berapa jumlah nominal rezeki seseorang itu dan kapan saja rezekinya dapat dinikmati, maka tentunya urusan ini adalah menjadi rahasia Allah semata. Jika saja Allah telah menentukan bahwa hari ini dia tidak akan memberikan rezeki-Nya pada seseorang, maka dikejar kemanapun dan dengan cara apapun, pasti orang tersebut tidak akan mendapatkan jatah rezekinya itu. Sebaliknya, jika Allah menghendaki bahwa hari ini ada pembagian rezeki bagi seseorang, maka sekali pun orang itu tidur lelap di atas ranjang, maka pasti rezekinya itu akan datang sendiri kepadanya, tanpa harus bersusah payah mengejarnya.

Contoh kongkrit, ada kalanya Allah menggerakkan hati seseorang untuk mengadakan selamatan keluarga dengan cara kirim makanan (berkatan) kepada para tetangganya, di sisi lain Allah telah menentukan adanya pembagian rezeki berupa kiriman makanan (berkatan) itu bagi para tetangganya. Maka sekalipun ada tetangga yang ternyata sedang tidur lelap di atas ranjang, ia pun akan mendapatkan jatah rezekinya yang berupa kiriman makanan (berkatan) itu, tanpa harus susah-susah mencarinya.

Sekalipun Allah adalah Dzat Yang Maha Mampu untuk memberi rezeki kepada seseorang hanya berdasarkan kehendak-Nya, kun fayakuun (Jadilah, maka terjadilah apa yang Dia kehendaki). Namun karena kebiasaan Allah untuk menentukan sesuatu itu berdasarkan adanya suatu sebab, maka setiap orang harus mencari penyebab yang sangat memungkinkan Allah akan membagi rezeki-Nya kepada dirinya.

Sunday 21 December 2014

Bahasa hati


Membalas kebencian dengan cinta dan kasih sayang adalah prestasi tersulit dan tertinggi yang bisa dicapai manusia di atas bumi ini. Harusnya tiada hari untuk tidak berintropeksi diri, sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.

Subhanallah... 33x Alhamdulillah.... 33x Allahu Akbar.... 33x.

Persiapkan diri kita untuk menerima apa yang diminta kepada Allah.. Doa sebenarnya tidak ditunda oleh Allah, tetapi mungkin diri ini belum siap menerima apa yang akan Allah berikan kepada kita sesuai apa yang kita minta.

Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya. Orang yang hebat adalah orang yang bisa mengukir senyuman di tengah-tengah kesedihannya. 

Ketika seseorang membenciku aku hanya bisa berkata orang itu belum mengenalku, ketika seseorang menfitnahku aku hanya bersserah diri kepada yang memberi kehidupanku karena DIA lah kekuatanku...

Bukan merupakan kesalahan besar kalau anda berbuat salah karena mengerjakan pekerjaan besar, tapi adalah satu kesalahan yang besar apabila anda tidak pernah mau mengerjakan pekerjaan besar

Hati Yang Bicara Pernah terbesit dalam hati, adilkah bila kita menyalahkan nasib yang selalu di rundung duka,sedangkan jiwa kita selalu rindu akan sebuah sentuhan kasih,sentuhan jiwa yang kan mengobati kehausan yang membahan laksana musafir yang merindukan seteguk air di padang pasir. Atau bisakah hati ini tuk bicara sendiri, dalam sebuah kegalauan akan pencarian hasrat jiwa yang terpendam. Akankah kita temukan apa yang selama ini kita cari sedang kepalsuan itu begitu jelas di depan mata. Ataukah bilur-bilur kepiluan itu kan bisa cepat terlupaka agar asa yang telah hilang hadir kembali di dalam dada menjadi sebuah keoptimisan yang kuat menjelma, menjadi sebuah cambuk yang kan selalu menghangatkan rasa keingintahua. Menghadirkan kerlingan hati mencari keteduhan.Betapa naif bila kehidupan ini hanya di isi dengan keinginan dan keinginan,  karena keinginan adalah sumber penderitaan..seperti para penyair yang menyuarakan nyanyian jiwanya..keinginan bukanlah suatu keharusan.

Yaa Allah, janganlah pernah Engkau putuskan Kasih Sayang-Mu padaku..Seandainya seluruh alam ini membenciku, asalkan Engkau tetap menyayangiku, Insyaallah aku akan tetap sanggup menjalani hidupku. Sebaliknya jika seluruh alam ini mencintaiku, tetapi Engkau membenciku...(Demi Dzat-Mu yang Agung)...aku tidak akan pernah sanggup menjalani hidupku. CUKUP BAGIku ENGKAU...YAA ALLAH... Perkenankanlah permohonan hambamu yang hina ini Yaa Rabb...
Langit bumi jadi saksi setiap detik yang berlalu. Hitam putih gelap terang di alam dunia. Semua wajah kan diuji dengan sesuatu yang dicintai. Harta benda dan segalanya semua kan binasa. Mengingat Allah disaat susah itu mudah tapi mengingat Allah disaat senang dan bahagia itu susah. .mudah-mudahan qt semua selalu diberikan hidayah_Nya untuk selalu ingat pada Allah disetiap kapan dan dimanapun. Ya Rabb, Engkau Maha Tahu dan Maha Kuasa.. Dikala hati kecil terbersit niat baik, Insyallah, Allah akan mengabulkannya dengan cara yang tak dapat diduga dan sungguh manis jalannya. Subhannallah.

Friday 19 December 2014

Virus KEPALSUAN

HIDUP DI DUNIA INI PENUH KEPALSUAN. Lihat sekeliling kita, berapa banyak manusia yang menjadi Budak dunia dengan berperilaku sesat, menghalalkan banyak cara demi Ambisi dan Kekayaan semata. Tidak peduli siapa yang akan tersisih, yang terkuatlah pemenang sebenarnya. 
HIDUP DI DUNIA INI PENUH KEPALSUAN. Lihatlah manusia, dengan lidahnya mengajarkan KEBAJIKAN dan merasa diri paling sempurna, mengecoh sesama dengan tipu daya demi menutupi kejahatannya.
HIDUP DI DUNIA INI PENUH KEPALSUAN. Itulah Kenyataan yang Ada! Renungkanlah sejenak arti KEBENARAN, KEBAIKAN dan KEBURUKAN/KEJAHATAN.
Lalu bercerminlah, apakah hidup kita sudah baik? masih baik? atau pura pura baik?? hanya hati kita yang tahu. Jadilah pribadi yang matang dalam menjalani proses hidup agar bisa belajar membedakan.
Berhati-.hatilah dengan musang yang berbulu domba. 

Mungkin manusia yang bersikap demikian juga banyak ditemukan dalam lingkungan saya dan Anda.

Didepan baik,Dibelakang busuk

Bersikap ramah, antusias dan sangat pendengar setia sampai tidak sadar anda begitu terbuka sampai kepersoalan pribadi. Namun sayup-sayup terdengar kabar angin dari mulut kemulut bahwa dia yang telah anda percaya nyatanya membuka rahasia, menyebar aib dan menjelek-jelekkan anda pada orang lain. Motif apakah???? macam-macam!

Tukang gosip

Apapun yang anda perbuat selalu menjadi santapan empuk untuk dipergunjingkan. Seolah orang tersebut manusia paling baik tanpa cela dan paling tahu. Dengan sedikit bumbu, mereka deskripsikan keburukan/keanehan/sesekali kebaikan anda secara detail. Dasar kurang KERjaan !!!!

Muka dua

Agak samar dengan poin pertama. Namun sikap ini tegasnya memiliki tujuan terselubung, ada udang dibalik batu. Mahkluk seperti ini kuat memakai topeng untuk mengelabui dan mempengaruhi anda demi mendapatkan tujuannya. Anda menjadi simpati dengan segala kebaikan dan keramahannya. Sepeninggalan anda mereka kembali seperti semula.

Penjilat

Entah motif apa, orang dengan sikap ini rela menjatuhkan harga dirinya pada seseorang/kalangan yang mereka anggap lebih tinggi derajatnya. Tak segan segan pula menjadi pengekor....ckckck...

Mulut manis

Kentara banget y, kata kata yang terucap dari lubuk hati dengan kata kata penuh kepalsuan. Intonasinya sudah kerasa. Mereka yang apa adanya takkan berucap mendayu dayu dan lebih tegas. Mulut manis tidak selamanya jelek, tapi pastinya siapapun akan jijik dengan perkataan yang dibuat-buat tambah lagi dengan nada manja.

Asal bos senang

Biasanya dalam dunia kerja. Lebih-lebih dalam lingkup birokrasi. Namun, di lingkungan bertetanggapun sering ditemukan. Mereka selalu menyetujui dan mengiyakan segala sikap dan pendapat dari seseorang yang mereka segani. Tak berani membantah dan hanya mengumpat dalam hati.

Pamer

Biasanya berhubungan dengan kekayaan, prestasi anak, dan karir suami, menunjukkan bahwa dirinya paling beruntung dan paling mampu segalanya.Tidak mau tertinggal dari yang lain.

Butuh mendekat,tak butuh acuh

Bete juga y, jika teman yang dianggap sehati, menjauh saat anda butuh. Teman dengan tipe ini bisa dibilang tak tahu balas budi atau bisa jadi, mereka tak pernah menganggap anda sebenarnya teman. Mereka datang, bersikap manis dan memelas karna ada sesuatu yang bisa diandalkan dari anda So....Tanpa sadar kitapun pastinya pernah bersikap demikian demi tuntutan lingkungan. Semuanya kembali kepada anda.Lalu bagaimana jika anda menjadi korban dari sikap sikap munafik itu? Bersabarlah, orang orang seperti itu kelak akan menelan ludahnya sendiri.

 Mengapa harus bertopeng?
Ataukah karena tak mampu untuk melihat siapa diri kita sebenarnya?

Pertanyaan ini sering mengusik di benakku. Banyak diantara kita tanpa sadar selalu bertopeng kemanapun kita berada tanpa pernah sedikitpun mencoba tuk melepaskannya. Fenomena ini selalu mengusikku. Tanpa sadar sebagai manusia biasa, kadang kita terperangkap di dalamnya. Tapi ini adalah suatu pilihan bukan keharusan, karena kita akan memilihnya menurut nurani kita masing masing. Kalau boleh berpendapat, mengapa kita harus terus menipu diri sendiri dan orang di sekitar kita? Bukankah lebih baik kita tampilkan diri kita apa adanya. Bagiku pribadi, semua itu pasti akan melelahkan. 

Aku selalu berusaha dan terus akan berusaha menampilkan diriku apa adanya tanpa pernah berusaha menutupinya. Menurutku, silahkan orang menilai pribadi kita, tetapi semua pilihan yang akan kita ambil akhirnya akan berpulang ke diri kita masing masing. Jadi untuk apa mempedulikan penilaian orang lain yang sudah pasti  akan membuat rasa lelah yang teramat menyiksa. Semua ini hanya pendapatku pribadi, silahkan bagi yang berbeda pendapat, karena hidup ini  sudah penuh dengan segala  tipu daya kebohongan disamping keindahan yang terlihat. Untuk apa kita menambahi segala kebohongan itu dengan  topeng yang akan menutupi  diri kita sebagai pribadi yang apa adanya. Aku yakin pasti sangat menyiksa dan melelahkan. Jadi, lepaslah topengmu, maka kita akan  melawan segala kebohongan dengan kejujuran. Hingga pada akhirnya kita akan segera mampu melihat segala keindahan dunia.

Banyak orang yang terasosiasikan kaya, sempurna, pintar dan aneka branding ‘wah’ yang terbangun. Tidak ada yang salah dengan asosiasi ini tetapi ketika sesungguhnya ‘kurang pas’ dengan kondisi riil bagi sang pemilik hanya berpotensi mendatangkan penderitaan yang berkepanjangan.

Banyak orang memakai parfum tertentu, gadget tertentu, mobil tertentu, tinggal dirumah tertentu dan aneka gaya hidup berkelas yang lain padahal semua itu di luar kemampuan yang sesungguhnya. Dia memaksa diri memilikinya dengan segala cara. Sungguh, banyak orang yang hidup dibalik topeng yang dia pasang sendiri. Dalam istilah : sesungguhnya hancur-hancuran tetapi tidak tampak diluar. Anda pernah melihat gaya hidup orang-orang seperti ini? Semoga anda tidak termasuk. Naudzubillah.

Saya pernah membaca tentang seorang sosialita ternama dengan bayaran yang tidak sedikit sekali manggung, kehidupannya seakan paradok dengan panggungnya. Dia tinggal di rumah sederhana tipe 36, mobilnya ‘cuma’Avanza tipe S, setiap tampil selalu berbatik dan itupun bukan batik tulis yang gampang ditebak berapa harganya. Busana kebesarannya dirumah adalah kain sarung untuk segala aktifitasnya termasuk menyambut tamu-tamu istimewanya. Saya bayangkan betapa banyak ‘sisa’ uang yang dia miliki dari bayarannya minus biaya-biaya hidupnya. Orang ini sungguh kaya dan bahagia, demikian benak saya. Pasti tipe-tipe orang seperti ini tidak pernah dipusingkan dengan kendaraan tunggangan, kualitas busana, kelas hotel, penerbangan dan lain-lain. Cerita selanjutnya adalah tentang seseorang yang saya kenal, penghasilannya sungguh besar tetapi pengeluarannya besar pula karena gaya hidupnya. Mobilnya memang tipe papan atas, rumahnya 'wah', sering shopping barang-barang branded, makan di restoran mahal, dan liburan dengan menginap di hotel berbintang. Tetapi setahu saya, hidupnya seperti roller coaster, selalu pontang-panting hingga mukanya selalu mencerminkan stres akut dan penampilannyapun tampak lebih tua dari usianya.

Tidak ada yang salah dengan aneka kemewahan bahkan sah-sah saja kita nikmati sebagai bagian dari syukur kepada Tuhan. Tetapi ketika harus bermain di kelas yang sesungguhnya belum menjadi kelasnya hanya akan menghadirkan penderitaan yang tak berkesudahan

Hidup adalah memilih dan setiap pilihan selalu membawa konsekuensi, gaya hidup seperti apa yang anda pilih? Bertopeng atau tampil apa adanya!

Agama mengajarkan untuk tidak berlebih-lebihan. Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas bahkan yang melampaui batas dinobatkan sebagai teman-temannya setan, demikian firman-Nya yang begitu jelas. Pelanggaran ini tentu harus ada konsekuensi yang harus dibayar bagi pelanggarnya.