Friday 19 December 2014

Virus KEPALSUAN

HIDUP DI DUNIA INI PENUH KEPALSUAN. Lihat sekeliling kita, berapa banyak manusia yang menjadi Budak dunia dengan berperilaku sesat, menghalalkan banyak cara demi Ambisi dan Kekayaan semata. Tidak peduli siapa yang akan tersisih, yang terkuatlah pemenang sebenarnya. 
HIDUP DI DUNIA INI PENUH KEPALSUAN. Lihatlah manusia, dengan lidahnya mengajarkan KEBAJIKAN dan merasa diri paling sempurna, mengecoh sesama dengan tipu daya demi menutupi kejahatannya.
HIDUP DI DUNIA INI PENUH KEPALSUAN. Itulah Kenyataan yang Ada! Renungkanlah sejenak arti KEBENARAN, KEBAIKAN dan KEBURUKAN/KEJAHATAN.
Lalu bercerminlah, apakah hidup kita sudah baik? masih baik? atau pura pura baik?? hanya hati kita yang tahu. Jadilah pribadi yang matang dalam menjalani proses hidup agar bisa belajar membedakan.
Berhati-.hatilah dengan musang yang berbulu domba. 

Mungkin manusia yang bersikap demikian juga banyak ditemukan dalam lingkungan saya dan Anda.

Didepan baik,Dibelakang busuk

Bersikap ramah, antusias dan sangat pendengar setia sampai tidak sadar anda begitu terbuka sampai kepersoalan pribadi. Namun sayup-sayup terdengar kabar angin dari mulut kemulut bahwa dia yang telah anda percaya nyatanya membuka rahasia, menyebar aib dan menjelek-jelekkan anda pada orang lain. Motif apakah???? macam-macam!

Tukang gosip

Apapun yang anda perbuat selalu menjadi santapan empuk untuk dipergunjingkan. Seolah orang tersebut manusia paling baik tanpa cela dan paling tahu. Dengan sedikit bumbu, mereka deskripsikan keburukan/keanehan/sesekali kebaikan anda secara detail. Dasar kurang KERjaan !!!!

Muka dua

Agak samar dengan poin pertama. Namun sikap ini tegasnya memiliki tujuan terselubung, ada udang dibalik batu. Mahkluk seperti ini kuat memakai topeng untuk mengelabui dan mempengaruhi anda demi mendapatkan tujuannya. Anda menjadi simpati dengan segala kebaikan dan keramahannya. Sepeninggalan anda mereka kembali seperti semula.

Penjilat

Entah motif apa, orang dengan sikap ini rela menjatuhkan harga dirinya pada seseorang/kalangan yang mereka anggap lebih tinggi derajatnya. Tak segan segan pula menjadi pengekor....ckckck...

Mulut manis

Kentara banget y, kata kata yang terucap dari lubuk hati dengan kata kata penuh kepalsuan. Intonasinya sudah kerasa. Mereka yang apa adanya takkan berucap mendayu dayu dan lebih tegas. Mulut manis tidak selamanya jelek, tapi pastinya siapapun akan jijik dengan perkataan yang dibuat-buat tambah lagi dengan nada manja.

Asal bos senang

Biasanya dalam dunia kerja. Lebih-lebih dalam lingkup birokrasi. Namun, di lingkungan bertetanggapun sering ditemukan. Mereka selalu menyetujui dan mengiyakan segala sikap dan pendapat dari seseorang yang mereka segani. Tak berani membantah dan hanya mengumpat dalam hati.

Pamer

Biasanya berhubungan dengan kekayaan, prestasi anak, dan karir suami, menunjukkan bahwa dirinya paling beruntung dan paling mampu segalanya.Tidak mau tertinggal dari yang lain.

Butuh mendekat,tak butuh acuh

Bete juga y, jika teman yang dianggap sehati, menjauh saat anda butuh. Teman dengan tipe ini bisa dibilang tak tahu balas budi atau bisa jadi, mereka tak pernah menganggap anda sebenarnya teman. Mereka datang, bersikap manis dan memelas karna ada sesuatu yang bisa diandalkan dari anda So....Tanpa sadar kitapun pastinya pernah bersikap demikian demi tuntutan lingkungan. Semuanya kembali kepada anda.Lalu bagaimana jika anda menjadi korban dari sikap sikap munafik itu? Bersabarlah, orang orang seperti itu kelak akan menelan ludahnya sendiri.

 Mengapa harus bertopeng?
Ataukah karena tak mampu untuk melihat siapa diri kita sebenarnya?

Pertanyaan ini sering mengusik di benakku. Banyak diantara kita tanpa sadar selalu bertopeng kemanapun kita berada tanpa pernah sedikitpun mencoba tuk melepaskannya. Fenomena ini selalu mengusikku. Tanpa sadar sebagai manusia biasa, kadang kita terperangkap di dalamnya. Tapi ini adalah suatu pilihan bukan keharusan, karena kita akan memilihnya menurut nurani kita masing masing. Kalau boleh berpendapat, mengapa kita harus terus menipu diri sendiri dan orang di sekitar kita? Bukankah lebih baik kita tampilkan diri kita apa adanya. Bagiku pribadi, semua itu pasti akan melelahkan. 

Aku selalu berusaha dan terus akan berusaha menampilkan diriku apa adanya tanpa pernah berusaha menutupinya. Menurutku, silahkan orang menilai pribadi kita, tetapi semua pilihan yang akan kita ambil akhirnya akan berpulang ke diri kita masing masing. Jadi untuk apa mempedulikan penilaian orang lain yang sudah pasti  akan membuat rasa lelah yang teramat menyiksa. Semua ini hanya pendapatku pribadi, silahkan bagi yang berbeda pendapat, karena hidup ini  sudah penuh dengan segala  tipu daya kebohongan disamping keindahan yang terlihat. Untuk apa kita menambahi segala kebohongan itu dengan  topeng yang akan menutupi  diri kita sebagai pribadi yang apa adanya. Aku yakin pasti sangat menyiksa dan melelahkan. Jadi, lepaslah topengmu, maka kita akan  melawan segala kebohongan dengan kejujuran. Hingga pada akhirnya kita akan segera mampu melihat segala keindahan dunia.

Banyak orang yang terasosiasikan kaya, sempurna, pintar dan aneka branding ‘wah’ yang terbangun. Tidak ada yang salah dengan asosiasi ini tetapi ketika sesungguhnya ‘kurang pas’ dengan kondisi riil bagi sang pemilik hanya berpotensi mendatangkan penderitaan yang berkepanjangan.

Banyak orang memakai parfum tertentu, gadget tertentu, mobil tertentu, tinggal dirumah tertentu dan aneka gaya hidup berkelas yang lain padahal semua itu di luar kemampuan yang sesungguhnya. Dia memaksa diri memilikinya dengan segala cara. Sungguh, banyak orang yang hidup dibalik topeng yang dia pasang sendiri. Dalam istilah : sesungguhnya hancur-hancuran tetapi tidak tampak diluar. Anda pernah melihat gaya hidup orang-orang seperti ini? Semoga anda tidak termasuk. Naudzubillah.

Saya pernah membaca tentang seorang sosialita ternama dengan bayaran yang tidak sedikit sekali manggung, kehidupannya seakan paradok dengan panggungnya. Dia tinggal di rumah sederhana tipe 36, mobilnya ‘cuma’Avanza tipe S, setiap tampil selalu berbatik dan itupun bukan batik tulis yang gampang ditebak berapa harganya. Busana kebesarannya dirumah adalah kain sarung untuk segala aktifitasnya termasuk menyambut tamu-tamu istimewanya. Saya bayangkan betapa banyak ‘sisa’ uang yang dia miliki dari bayarannya minus biaya-biaya hidupnya. Orang ini sungguh kaya dan bahagia, demikian benak saya. Pasti tipe-tipe orang seperti ini tidak pernah dipusingkan dengan kendaraan tunggangan, kualitas busana, kelas hotel, penerbangan dan lain-lain. Cerita selanjutnya adalah tentang seseorang yang saya kenal, penghasilannya sungguh besar tetapi pengeluarannya besar pula karena gaya hidupnya. Mobilnya memang tipe papan atas, rumahnya 'wah', sering shopping barang-barang branded, makan di restoran mahal, dan liburan dengan menginap di hotel berbintang. Tetapi setahu saya, hidupnya seperti roller coaster, selalu pontang-panting hingga mukanya selalu mencerminkan stres akut dan penampilannyapun tampak lebih tua dari usianya.

Tidak ada yang salah dengan aneka kemewahan bahkan sah-sah saja kita nikmati sebagai bagian dari syukur kepada Tuhan. Tetapi ketika harus bermain di kelas yang sesungguhnya belum menjadi kelasnya hanya akan menghadirkan penderitaan yang tak berkesudahan

Hidup adalah memilih dan setiap pilihan selalu membawa konsekuensi, gaya hidup seperti apa yang anda pilih? Bertopeng atau tampil apa adanya!

Agama mengajarkan untuk tidak berlebih-lebihan. Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas bahkan yang melampaui batas dinobatkan sebagai teman-temannya setan, demikian firman-Nya yang begitu jelas. Pelanggaran ini tentu harus ada konsekuensi yang harus dibayar bagi pelanggarnya.

No comments: