Friday 31 October 2014

Sabar Menanti Sang Buah Hati ^_^


Mencapai usia kehamilan saat ini, saya sangat bersyukur dan semakin hari semakin tidak sabar menunggu pertemuan kami, saya dan bayi saya :) Apa lagi menyadari anggota-anggota badannya yang sering menyembul di kulit perut saya. Dua pertanyaan yang sangat sering saya dengar saat orang melihat perut saya yang semakin menggendut ini:
1.      ”Udah kelihatan belum, laki atau perempuan?”
Menurut saya pertanyaan ini sangat wajar. Karena mungkin beberapa orang mengharapkan anak pertama itu idealnya laki-laki. Jadi, mengetahui jenis kelamin itu penting. Tapi, lalu kemudian saya berpikir, ketika seorang dinyatakan hamil, ada dua kemungkinan jenis kelamin yang masing-masing memiliki hak hidup yang sama besar, yaitu 50% cewe: 50% cowo, dan keduanya sama-sama memiliki HAK UNTUK HIDUP. Lantas, kenapa harus dibedakan, sulung idealnya laki-laki dan anak kedua mesti kepengennya cewe, “biar sepasang,” katanya. No! Semua berhak hidup dan berhak menjadi yang sulung. Lagian, banyak orang yang susah dapet keturunan, harusnya sangat bersyukur ketika bisa mendapatkan anak, entah itu laki atau perempuan. Jadi, di kehamilan ini, saya tidak ingin tahu, saya tidak mempermasalahkan apa jenis kelamin calon anak saya ini. Yang penting normal dan sehat. aamiiin.
2.      ”Kata dokter, bisa ngelahirin normal?”
Jujur, saya hanya ingin saya bisa bertemu dengan anak saya yang selama ini hanya bisa menendang, meninju, dan menggelitik saya dari balik kulit perut saya ini. Saya ingin dia lahir dengan keadaan sehat dan saya juga sehat. Saya ingin bisa mendengar tangisannya yang menggema ke seluruh penjuru rumah. Saya ingin bisa menyusuinya sampe umur 2 tahun. Ternyata kalo saya baca-baca di forum-forum kehamilan, banyak bumil yang ngotot ingin melahirkan normal, dan rasanya dunia hancur kalo sudah divonis harus SC. Why??? Bayi Anda itu masih hidup. Dia sehat. Kenapa harus dunia hancur? Lebih hancur mana, ketika mengetahui bayi Anda tidak tumbuh dan akhirnya harus keguguran??? Please… Ternyata, dengar-dengar, kebudayaan kita ini punya proverb yang menurut saya “aneh”, yaitu: “Kalo melahirkan normal itu, rasanya menjadi ibu yang sepenuhnya” Whaaatt..???

Jadi, hamil dan “membawa perut besar” selama 9 bulan, lalu setelah itu mengeluarkan “bayi", itu masih belum bisa disebut seorang IBU??? Jadi, kalo ada wanita yang melahirkan normal, trus bayinya dibuang, itu juga bisa dibilang IBU??? Dangkal sekali “pangkat” IBU itu, ya?  

Sekali lagi, saya masih gak habis pikir dengan orang yang berpikir: HARUS BISA MELAHIRKAN NORMAL. Kecuali, terbentur masalah biaya, saya bisa memaklumi. Karena melahirkan dengan operasi SC memang biayanya terpaut lumayan jauh jika dibandingkan dengan melahirkan normal. Kalo udah masalah duit, saya maklum lah. Banyak orang yang berusaha bisa melahirkan normal, supaya bisa melahirkannya di bidan, jadi biayanya tidak seberapa mahal. Kalo itu, saya bisa mengerti. Namun, kalo alasannya bukan karena biaya, saya masih gak ngerti. Memang, definisi IBU agaknya masih rancu dalam kehidupan kita. Menurut kita, pada umumnya, IBU itu, 
-mengandung
-melahirkan
-membesarkan anak

Bagaimana dengan wanita yang: mengandung dan melahirkan, tapi tidak membesarkan anak. Entah, anaknya dibuang, atau ditaruh di panti asuhan, atau diserahkan sama “si Mbak”. 
Apakah wanita seperti itu bisa dikatakan seorang IBU?
Bagaimana dengan wanita yang: tidak mengandung dan tidak melahirkan, tetapi dengan segala pengorbanan dan jiwa raganya dengan ikhlas, mendidik, menjaga, merawat, dan sangat bertanggung jawab dalam membesarkan anaknya. Katakanlah, wanita ini mengadopsi bayi.
Apakah wanita seperti itu tidak berhak dikatakan seorang IBU?
Menurut saya, kok, tidak adil sekali, kalo kriteria seorang IBU adalah MUTLAK berdasarkan TAKDIR seorang wanita (mengandung dan melahirkan). Atau apakah seharusnya definisi kata IBU itu harusnya tidak ada dalam kamus bahasa Indonesia, melainkan dalam kitab suci, sehingga hanya Tuhan yang boleh menilai dan mendefinisikan arti IBU? Wallahu’alam bi shawwab.

Hmmm... Sabar menantikan kelahiran sang buah hati. Setiap orang punya tantangan dan ujian hidup masing-masing. Setiap rumah tangga juga memiliki ujian tersendiri. Seringkali kita diuji oleh ilmu yang kita miliki. Disanalah sebenarnya kita belajar mengamalkan ilmu yang kita punya. Saat ini, saya sedang diuji untuk sabar menunggu kelahiran anak pertama kami. Alhamdulillah bayinya sehat. Hanya perlu bersabar menanti saat bayinya lahir. Tapi saya percaya setiap ujian itu diturunkan sudah dengan segala kesiapan kita. Bukankah Allah tidak akan menguji seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya? Ya, sekarang kita sedang diuji akan keyakinan kita pada Allah. Diuji dengan ilmu kehamilan yang saya dapat. Selama janin dan kehamilan baik-baik saja, tinggal mau bersabar. Sabar, doa, tawakkal, dan yakin sama Allaah. Alhamdulillaah dapat bidan yang sabar dan cukup bisa diajak diskusi. Dianugerahi suami yang sabar dan support setiap kali drop, keluarga besar yang luar biasa. Love u all. Terima kasih untuk semua support, nasihat, masukan, sharing dan semua yang sudah saya terima. Dede bayi.. Allah tahu persis kapan dede akan lahir. Love u, baby.. ^_^
Di sela menikmati gejolak-gejolak dalam peyut ^_^, nemu artikel islami.. Bismillah..

----- “Menanti kelahiran anak pertama adalah suatu momen yang penuh dengan harap dan cemas. Harap dan cemas itu muncul seketika dalam kondisi kejiwaan seluruh anggota dari keluarga besar. Semua anggota keluarga berharap ia lahir dalam kondisi yang sempurna dengan proses persalinan yang normal. Ia lahir dengan sempurna sehat begitu pula dengan sang ibu yang diharapkan juga sehat setelah melewati proses persalinannya. Dalam Al-Qur’an Surat Al Hajj ayat 5, ALLAH SWT berfirman: “….Sesunguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi..”. 

Seluruh anggota keluarga berdoa mengharapkan kelahiran sang bayi dalam kondisi sempurna. Keluarga juga tidak hanya berharap pada kondisi fisik yang sempurna tetapi juga pada kesempurna akal dan pikiran yang nantinya akan mengantarkannya menjadi hamba Allah yg sholeh/ah. Firman ALLAH ini juga turut menjadi doa bagi keluarga untuk mendapatkan anak yang lahir dan tumbuh besar nanti menjadi anak yang sholeh/ah,  “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” Q.s. Ali Imran:38.

Cemas adalah kondisi kejiwaan yang terjadi ketika seseorang dalam tekanan atau ketakutan akan suatu hal. Cemas ini juga menjadi salah satu nuansa kejiwaan yang mewarnai anggota keluarga pada saat penantian kelahiran anak pertama. Cemas muncul dikarenakan peristiwa kelahiran anak ini adalah peristiwa perdana yang dihadapi oleh kedua orangtua. Ibnus Sunni meriwayatkan dengan sanad dhaif. Ketika putri Rasulullah SAW, Fatimah radhiyallahu ‘anha mengalami proses persalinan, beliau memerintahkan kepada Ummu Salamah dan Zainab binti Jahsy untuk datang dan membaca Ayat Kursi; Ayat dari surat Al-A’raf: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakanNya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah menciptakan dan memerintah hanya hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam” (Q.s. al-A’raf:54); ayat dari surat Yunus: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?” (Q.s. Yunus:3); dan mu’awwidzatain (surat Al-Falaq dan surah an-Naas)”.--------

Ingin Menjadi Dosen? #Part 2#

Oke deh, kita lanjutin obrolan santai tentang fakta mengenai dosen. (Part 1 klik disini). Perlu diingetin lagi nih bahwa semua yg ditulis di blog ini adalah pendapat pribadi. Tidak terkait ataupun mencerminkan kebijakan dari suatu institusi.
Jadi seperti biasa kita bisa sepakat untuk tidak sepakat.

# Setelah lulus, langsung jadi dosen atau …
Kalo saya dulunya gak langsung jadi dosen. Di semester 5, saya bekerja part time di sebuah Studi Photo. Jadwal kuliah selesai jam 1 siang, trus lanjut kerja sampai jam 10 malam. Disana saya kerjanya ngedit poto, design2 tampilan photo sesuai dengan permintaan customer. Saya bekerja disana selama 1 semester. Setelah itu,di semester 7 selama lebih kurang 1 tahun saya bekerja di sebuah perusahaan swasta PT. MNC Sky Vision, Dept Retrieval sebagai Staff Admin. Saat itu kuliah saya tetap lanjut, da kebetulan materi kuliah sudah selesai dan saya tinggal menyelesaikan skripsi saja. Setelah selesai S1 saya mendapat tawaran menjadi dosen di kampuz saya menyelesaikan S1. Kemudian saya memutuskan mengundurkan diri dari perusahaan tempat saya bekerja karena harus melanjutkan pendidikan ke Pasca Sarjana. Dari pengalaman saya sendiri dan hasil ngobrol dengan beberapa kolega, dapat disarikan bahwa kerja di perusahaan swasta yang besar sebelum menjadi dosen memberi beberapa keuntungan:
a. Hand on experience
Yang jelas setelah kita sempat kerja di perusahaan, pandangan kita menjadi lebih terbuka mengenai dunia nyata. Bahwa apa yg ada di text book tidak selalu jalan di dunia nyata. Hal ini disebabkan adanya perbedaan konteks, paradigma, asumsi yang digunakan di textbook dan di dunia nyata. Bukan berarti bahwa ilmu text book tidak berguna di dunia nyata, namun lebih seringnya kita harus mengadaptasi konsep-konsep textbook agar kontekstual. Selain itu, dengan merasakan sendiri bekerja di dunia lain, dosen akan bisa menyisipkan pengalaman-pengalamannya di saat memberi pelajaran. Contoh-contoh yang ditampilkan saat mengajar menjadi realistis – dan mudah-mudahan menjadi lebih menarik bagi mahasiswa.
b Network
Dengan pernah merasakan bekerja di dunia lain, jaringan pertemanan / komunikasi kita menjadi luas, terutama di bidang kerja kita. Network yang luas akan berguna sekali, misalnya: tukar informasi tentang pengetahuan terbaru, konsultasi, dsb.
c Open Minded
Terkadang dosen terlalu fokus ke bidangnya, dan tidak mau tahu lagi hal lain di luar bidang keilmuannya. Kesempatan untuk bekerja di dunia lainnya akan memberikan peluang untuk melihat dunia dalam ‘gambar besar’ – suka atau tidak suka. Saat anda bekerja di dunia lain, anda akan terekspose pada tugas-tugas yang menuntut anda untuk bisa bekerja sama dengan orang lain dan melihat masalah secara sistemik / holistik. Trend kerja di perusahaan swasta saat ini adalah mengurangi / menghilangkan silos of expertise. Anda akan membawa attitude ini saat anda menjadi dosen.
d Memperjelas niat
Menjadi dosen, menurut saya, adalah panggilan. Seorang dosen dituntut untuk banyak berkorban dengan tujuan menjadi pendidik yg baik. Banyak tantangan dan godaan dalam perjalanan untuk menjadi seorang dosen. Gaji yang besar di tempat lain, misalnya. Karenanya, untuk meyakinkan apakah anda benar-benar ingin (passionate) menjadi dosen, salah satunya adalah dengan ‘mencicipi’ pekerjaan lain. Jika ternyata setelah anda bekerja di perusahaan sekian lama, dengan gaji yg cukup, fasilitas oke, dan hati kecil anda tetap menginginkan menjadi dosen – berarti dosen adalah panggilan jiwa anda. Anda tidak akan sedih saat bertemu teman seangkatan anda sudah menjadi manajer di sana, mondar-mandir ke LN, gaji besar, dsb karena menjadi dosen adalah PILIHAN anda. Bukan suatu keterpaksaan
.
# Perlukah Sekolah lagi?
Kayaknya untuk yang ini jawabannya udah jelas. Dosen dituntut untuk selalu mengupgrade dirinya agar bisa kompeten. Karena salah satu tugas dosen adalah menjadi peneliti, maka dia harus punya kecakapan untuk bisa menjadi peneliti mandiri. Gelar Ph.D atau Doktor memberikan gambaran bahwa sang penyandang adalah seseorang yg berkompeten untuk melakukan penelitian secara mandiri. Selain itu dosen seharusnya selalu mengupdate kemampuannya agar tidak kuper. Karenanya dosen harus selalu haus untuk selalu belajar dari manapun – bahkan dari mahasiswanya. 

# Dosen = pinter di akademik
Well, ini adalah syarat perlu tapi bukan syarat cukup. Orang yang pinter di akademik belum tentu cocok jadi dosen, tapi untuk jadi dosen perlu modal itu.
He he .. agak ribet ya?
Di samping harus jago di bidang akademik [oke deh IP=3, cum laude juga boleh, dst], menurut saya dosen harus jago di bidang soft skill.

Wah apa pula itu soft skills?
Kira-kira sih artinya kemampuan untuk berinteraksi dengan manusia lain. Ya sesama dosen, mahasiswa, kolega, dll. Jadi yg dituntut untuk jago soft-skill tidak hanya mahasiswa lho.

# Dosen = serem
Wah kalo ini saya gak tahu deh. Tapi apa ya masih jamannya dosen itu harus serem? Kalo serem so what gitu lho? Mahasiswa jadi gak berani mengungkapkan pendapat, tak ada diskusi, sepi, ngatuk, boring.

Tapi kalo emang sudah bawaan lahir / inherent ya mo gimana lagi. Harap maklum.

# Dosen = sumber ilmu pengetahuan
Kemunginan besar tidak deh. Dosen juga manusia. Bukan ‘dewa’ ilmu pengetahuan – serba tahu. So semestinya dosen mengakui bahwa sekali-sekali tidak tahu ya gak masalah. Tapi kalo sering-sering ya jangan. Paradigma baru pembelajaran adalah SCL – student-centered-learning. Kurang lebih artinya adalah bahwa mahasiswa harus diberi kesempatan untuk bisa belajar sesuai gaya belajarnya sendiri. Ada deduktif, ada induktif. Ada yg jago belajar secara abstrak – pinter banget nurunin rumus yg pake integral lipat lima; ada yg pinternya belajar dengan intuisi dan studi kasus; ada pula yang lihainya belajar dengan mempraktekkan. Dosen ya bertindak sebagai fasilitator bukan dewa ilmu pengetahuan.
Intinya, learn smart, play hard.

Ingin menjadi dosen? #Part 1#

Setelah anda lulus anda ingin jadi apa? Bidang kerja sebenarnya sangat luas, peluang bekerja anda sangat bervariasi. Sebelum akhirnya anda memilih (ya memilih bukan terpaksa) suatu jalur karier, seperti pertimbangkan hal berikut:
a. passion
b. competence
c. contribution to the community.

Jika ternyata anda merasa bahwa dari tiga hal tersebut, anda punya “feeling” ingin menjadi seorang dosen, mungkin ada baiknya anda sempatkan membaca tulisan di bawah ini.

Tulisan ini tentunya adalah pendapat pribadi, tidak mencerminkan pendapat suatu institusi. Dan seperti biasa, kita bisa sepakat untuk tidak sepakat. Mari kita lihat satu persatu “mitos” dan “fakta” seputar profesi dosen.

# Dosen = pilihan terakhir
Ini terjadi jika anda sudah melamar ke sana ke mari di berbagai perusahaan, pemda dan sejenisnya dan belum beruntung. Akhirnya, sebagai pilihan terakhir anda TERPAKSA melamar menjadi dosen dan diterima.
Saya sungguh prihatin jika anda nanti mengalami hal seperti ini. Bekerja apapun itu, jika terpaksa ya berarti nggak ikhlas. Jika tidak ikhlas anda tidak akan termotivasi. Kerja anda menjadi tidak 100%. You’re wasting your time. Karier sebagai dosen, terutama di PT favorit & Jurusan favorit sudah sangat kompetitif. Kompetitif sejak dari seleksi masuknya maupun dalam perjalanan kariernya. Anda yang gak ikhlas alias terpaksa tidak akan bisa bertahan dalam dunia yang sangat kompetitif.

# Dosen = santai
Mungkin sebagian dari kita menganggap kerja dosen santai. Dosen ‘kan ngajarnya sedikit SKS. Bisa masuk kerja semau gue jamnya. Abis kuliah ngilang. Nggak ada yg bakal marahin seperti kalau kerja di kantor atau pabrik.
Well, it all depends.
Perlu diingat pula bahwa tugas dosen ada tiga:
a. edukasi
b. penelitian
c. community services
Jadi, kalo anda bayangkan dosen bisa bersantai saat tidak ada kuliah, ya itu tidak tepat. Kuliah di kelas hanyalah sebagian dari tugas anda. Di bidang edukasi, di samping mengajar di depan kelas, anda juga bertanggung jawab memeriksa ujian, memutakhirkan bahan ajar, membaca buku-buku terbaru, membuat inovasi kegiatan belajar. Mahasiswa anda nantinya kan pasti gak senang kalo dapet kuliah yg isi materinya dibuat 10 tahun yang lalu – outdated. Anda cuman ngajarin apa yg dulu anda dapetkan waktu kuliah. Ilmu berkembang sangat pesat. Belum kegiatan lain seperti penelitian yg bisa sangat memakan waktu (dan menguras pikiran), serta pengabdian masyarakat. Menurut saya,saat tidak sedang mengajar di kelas atau melaksanakan tugas lain; dosen sama seperti halnya pekerja kantoran / pabrikan. Jadi kalau motivasi anda menjadi dosen adalah supaya bisa banyak waktu luang, well… dengan berat hati saya katakan anda tidak benar.

# Dosen itu gajinya kecil
Persepsi yang sangat biasa muncul terutama di Indonesia. Kalau anda jadi profesor di Malaysia atau Singapura, kasus ini jelas gak ada. Anda tahu berapa gaji seorang profesor di Singapura? SGD 20,000 perbulan. Silahkan anda konversi sendiri ke rupiah.
Oke, lalu bagaimana dengan di Indonesia?
Saya selalu teringat pesan salah satu dosen saya dulu di S2: dosen itu memang gaji (salary)-nya rendah, tapi pendapatannya (income)-nya tergantung dari dosen itu sendiri”
Rejeki yang memang sudah diatur oleh Allah SWT, Insya Allah akan mengikuti dedikasi, kesungguhan, doa, dan kejujuran anda. Tentunya, hal itu perlu proses. Sebagai gambaran kasar, dulu si X pernah bekerja di kontraktor Jakarta. Setelah pindah ke luar kota dan memilih (ya MEMILIH, bukan terpaksa) menjadi dosen, berdasar informasi , rejeki si X setelah menjadi dosen tak kalah dibandingkan saat kerja di kontrakor – seringnya lebih besar. :) So don’t worry rejeki sudah ada yang mengatur.

# Proyek
“Dosen mroyek”. Kalimat ini biasanya berimplikasi negatif.
Saya pribadi berpendapat bahwa bekerja sama dengan industri untuk seorang dosen itu boleh – bahkan harus. Bekerja sama dengan industri untuk seorang dosen saya masukkan dalam kategori pengabdian masyarakat. Mahasiswa anda tentu lebih bangga kalau tahu ternyata dosennya punya relasi yang luas dan baik dengan dunia industri. Pendapat dosennya menjadi pegangan dunia industri. dll. Dengan relasi yang kuat antara dosen dan industri, lulusan akan lebih mudah diterima kerja. Mahasiswa akan lebih mudah mendapatkan tempat magang, kerja praktek, tempat skripsi, dll. Kerja sama dengan industri akan membuat dosen jadi gaul – nggak kuper. Bayangkan kalau dosennya aja kuper, gak ngeh kalau di luar sana ternyata -misal- linear programming sudah biasa dipakai di industri dengan menggunakan Excel. Kira-kira mahasiswanya akan seperti apa?

Tentu, tidak sembarang proyek bisa diambil dosen. Jadi sebenarnya apa sih proyek itu buat seorang dosen?
a. Proyek = interaksi ilmu teori dan praktis antara dosen dan mereka yg bekerja di dunia industri.
b. Proyek = network dengan dunia industri
c. proyek = tugas institusi, menambah pendapatan untuk institusi
d. proyek tidak melupakan tugas dosen yg lain
bersambung …

Fakta Menjadi Seorang Dosen

Menjadi dosen, tidaklah mudah. Saya semakin terenyuh, jika melihat dosen – dosen saya yang sudah berusaha mengajar dengan segala ilmu yang dimilikinya, namun para mahasiswanya tidak menghiraukan (*termasuk salah satunya saya # ^_^)

Bagi sebagian orang, mungkin menganggap bahwa mengajar itu mudah. Cuma masuk, beri materi, selesai pulang. Namun apakah semudah itu? Menurut pengalaman saya selama lebih kurang 4 tahun mengajar, menyampaikan suatu materi sehingga semua anak di kelas memperhatikan adalah sesuatu yang jauh dari arti kata mudah. Membuat mahasiswa yang diberi mata kuliah agar termotivasi dalam belajar pun, juga tidak mudah. Saya tidak mengerti, seharusnya yang mengatakan”mudah” itu, langsung membuktikan perkataannya dengan langsung mengajar di depan kelas, tidak hanya sekedar omong kosong belaka.

Akhir – akhir ini saya menemukan artikel beberapa orang tentang Syarat (Wajib) Menjadi Seorang Dosen. Artikel itu sebenarnya hanyalah sebuah ungkapan, betapa bosannya mahasiswa yang mendengar dosen yang ternyata hanya mengajar untuk dirinya sendiri. Syarat – syarat seperti minimal harus lulus S2, IPK minimal blah blah blah dan lain sebagainya, sebenarnya menurut saya hanya persyaratan agar CV dapat terbaca. Akan tetapi, syarat yang sebenar – benarnya, apakah seorang calon dosen pernah mencoba mencarinya?

Menurut pendapat saya, tidak semua orang pintar di ilmu pengetahuan bisa jadi dosen. Tidak semua orang yang pintar ngomong pun bisa jadi dosen. Dosen, menurut saya, adalah seseorang yang (seharusnya) memang sangat spesial. Ada orang yang ingin jadi dosen karena ingin jadi pegawai negeri dengan pendapatan yang tetap. Ada juga yang ingin menjadi dosen karena tidak suka waktunya diatur – atur oleh perusahaan, namun suka mengatur waktu kuliah sesukanya sendiri sehingga mahasiswa yang menyesuaikan. Ada juga yang beralasan karena sudah terlanjur kuliah di jurusan pendidikan sehingga harus menjadi tenaga pendidik. Tapi, pada hakekatnya, apakah itu tujuan menjadi seorang dosen?

Semua orang tahu, dosen itu pada dasarnya adalah tenaga pendidik. Jadi intinya harus mendidik. Tapi mendidik yang seperti apa?
1. Seorang dosen harus tepat waktu. Jika selalu bermulut lebar dengan mengagung – agungkan negara – negara maju karena ketepatan waktunya, mengapa tidak berusaha dari diri sendiri untuk tepat waktu dan mulai mengubah lingkungan sekitar untuk bisa menjadi semaju negara – negara maju itu?

2. Seorang dosen harus menghargai pendapat mahasiswanya dan menerima kenyataan akan ilmu – ilmu yang baru. Ilmu itu semakin berkembang. Tidak ada ilmu yang hanya stak di situ – situ saja. Jika ada mahasiswa yang ternyata memiliki ilmu yang lebih dan ternyata dapat mengimplementasikan ilmu tersebut dalam karya yang nyata, mengapa tidak berusaha untuk menghargainya? Mengapa harus malu dengan menjelek – jelekannya dengan cara debat yang tidak berujung? atau memojokkan mahasiswa tersebut di depan temna-temannya bahkan di lingkungan dosen-dosen lainnya? Banyak juga dosen – dosen saya yang sangat menghargai kemampuan mahasiswanya dan memberikan apresiasi yang tinggi. Akan tetapi, tidak sedikit juga yang ternyata hanya menjelek – jelekan dan tidak mengapresiasi kemampuan luar biasa yang dimiliki mahasiswanya. Sebagai seorang dosen yang baik dan terpelajar, seharusnya dosen lebih tahu yang mana sebenarnya sikap yang lebih benar, menghargai atau malah menganggap mahasiswa tersebut adalah butiran debu? atau tersaingi?

3. Seorang dosen harus bisa menyampaikan mata kuliah yang diajarkan dengan baik. Jika dosen itu hanya melihat ke papan sambil berbicara lirih, sehingga para mahasiswa yang duduk hanya terbengong – bengong, tak mengerti apa yang disampaikan, lalu buat apa mengajar? Beri saja mereka tugas biar mereka belajar sendiri jika begitu caranya (g harus repot – repot mengajar, ^_^ ?)

4. Seorang dosen harus memberikan penilaian yang objektif. Saya pernah memiliki dosen yang hanya memberikan janji bahwa jika kelompok saya bisa mengerjakan tugas – tugas yang diberikan, maka kelompok saya dapat nilai A. Bahkan ternyata seluruh anak di kelas dapat mengerjakan tugas itu, seharusnya kami semua dapat nilai, bukan? Namun pada akhirnya, dosen itu berkata ” Saya akan melihat nilai UAS kalian. Jika ternyata kalian bisa mengerjakannya, maka nilai tugas kalian akan bagus, sehingga kalian dapat nilai A sesuai apa yang kalian inginkan.” Jika ditelusuri lebih jauh, mengapa nilai UAS yang dijadikan patokan dari nilai tugas? Bahkan nilai UAS sebenarnya tidak dapat berbicara siapa orang yang benar – benar mengerjakan tugas tersebut dalam suatu kelompok. Teman saya yang ternyata hanya berleha – leha saja, malah mendapatkan nilai yang bagus. Lalu dimana letak keadilan? Lagipula dosen tersebut jika tidak dapat memenuhi janjinya, maka lebih baik tidak usah memberikan janji. Seorang pria sejati dan sebagai seorang dosen, bagaimana mungkin mengingkari janji yang diucapkannya sendiri?

5. Seorang dosen harus dapat memotivasi mahasiswanya. Mungkin terdengar sepele, namun ternyata sebuah motivasi saja di setiap pertemuan, dapat membuat seorang mahasiswa semangat belajar, bahkan berusaha untuk menjadi orang yang sukses. Saya memiliki seorang dosen yang sangat begitu saya hormati, yang selalu  dan selalu memberikan motivasi untuk belajar lebih giat dan selalu mengingatkan bahwa orang sukses itu harus bekerja dan belajar keras di setiap pertemuan. Paling tidak, saya termotivasi untuk sukses pada mata kuliah yang bapak tersebut ajari, daripada dosen – dosen lain yang bahkan setelah selesai mengajar, hanya berlalu begitu saja.

6. Seorang dosen harus bersabar, bahkan harus sangat bersabar. Tidak semua mahasiswa mempunyai kemampuan belajar yang sangat cepat, sehingga seorang dosen yang tahu bahwa mahasiswanya belum mengerti, seharusnya tetap mengulang – ulang pelajaran tersebut, dengan contoh memberikan responsi, sehingga tujuan untuk mendidik mahasiswa dapat terlaksana. Bukannya malah berpandangan bahwa “Mengerti, tidak mengerti itu urusan anda. Yang penting urusan mengajar saya sudah beres.”

7. Seorang dosen merupakan orang pertama yang menjadi panutan di kampus tentang behaviournya. Bagaimana mungkin seorang mahasiswa akan menghormati dosen tersebut jika dosen tersebut ternyata tidak dapat menjadi panutan yang baik?

8. Seorang dosen harus membedakan urusan pribadi dengan urusan pendidikan. Jangan sampai urusan pribadi merusak performa ketika mengajar di kelas. Orang – orang menyebutnya dengan sikap “profesionalisme”.Menjadi seorang dosen itu menurut saya: BERAT. Banyak orang berkata, Kamu kan enak jadi dosen, calon penghuni surga karena menjadi seorang pahlawan tanpa tanda jasa”. Saya hanya tertawa. Tertawa dan tertawa jika ada orang yang berniat menjadi dosen karena pernyataan di atas. Tidakkah pernah terpikir bagi anda kalau dosa menjadi seorang dosen juga sama banyaknya dengan pahala yang (mungkin) anda dapatkan karena mengajar? Dosa? Dosa darimana? Dosa jika anda tidak dapat menjadi dosen yang baik, tidak dapat “mendidik” dengan baik, menjadi bahan gunjingan di antara mahasiswa – mahasiswa anda, menjadi dosen yang tidak dapat menilai secara objektif sehingga mahasiswa yang seharusnya lulus, malah tidak lulus (bukankah itu sama dengan menghancurkan masa depannya?), menjadi dosen yang hanya mengajar ketika perasaan sedang gembira, sedangkan jika tidak, anda mengatakan “Sorry, class is dismissed”, menjadi dosen yang tidak menghargai ilmu mahasiswa yang ternyata lebih pintar dari dirinya, menjadi dosen yang tidak tepat waktu sehingga pelajaran tidak terdistribusi secara penuh, dan blah blah blah lainnya yang seharusnya (kepada anda, calon dosen, atau para dosen) yang seharusnya lebih tahu daripada saya yang masih tergolong baru “nyemplung” dan masih terus belajar memperbaiki diri untuk mengajar.

"Saya hanya manusia biasa, tidak sempurna..tp saya yakin bisa terus memperbaik diri dgn kesederhanaan..dgn ketulusan, kejujuran..ikhlas dan setia..amin!
Sometimes good, sometimes bad.... I'm who I wanna be."

Thursday 30 October 2014

Inspirasiku "BUYA HAMKA"

“Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya” ― Hamka

“Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan juga hidup.
Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.” ― Hamka
 

“Hujung akal itu fikir, pangkal agama itu zikir” ― Hamka 
“Lebih banyak orang menghadapi kematian di atas tempat tidur daripada orang yang mati di atas pesawat.
Tetapi kenapa lebih banyak orang yang takut mati ketika menaiki pesawat daripada orang yang takut menaiki tempat tidur." ― Hamka

More people can see the face of death while their sleep in their own bed rather than people who can see the face of death while their flying in the plane.
But why more people scare to take a plane than people who take a bed.” ― Hamka

“Jelas sekali bahwasanya rumah tangga yang aman damai ialah gabungan di antara tegapnya laki-laki dan halusnya perempuan” ― Hamka, Kedudukan Perempuan Dalam Islam

“Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua.” ― Hamka

Adil ialah menimbang yang sama berat,menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar,mengembalikan hak yang empunya dan jangan berlaku zalim di atasnya – Buya HAMKA 

Adaptasi Kutipan Buya Hamka



KETIKA KAMU MERASA TAK ADA SIAPAPUN DI SAMPINGMU, yakini bahwa dalam setiap langkah kakimu, pikir otakmu, gerak tangan dan tubuhmu, segala rasamu, ADA ALLAH yang selalu menemani, tanpa pernah kamu minta dan rajuk, kasihNya selalu ada... Hanya UNTUK KAMU YANG MEMPERCAYAINYA :)
 

Alam Takambang Jadi Guru

Alam diciptakan Allah SWT dengan isi yang beragam, mulai dari yang tak terlihat dengan mata telanjang hingga yang bisa dirasakan dan dinikmati. Manusia berada di posisi teratas dari semua makhluk ciptaan Allah. Menjadikannya khalifah di muka bumi.
(Balai Gurah..di ruas jalan Biaro-Lasi,Agam)/Foto EJK
“..pesona Rumah Gadang Sicamin dari berbagai sudut…”
Manusia dibekali otak, akal dan hati untuk berfikir serta merasakan. Sehingga membuat manusia mampu menerima dan beradaptasi dengan baik di semua kondisi yang disajikan alam. Manusia terus belajar dari pengalaman dan terus mengembangkan kemampuannya untuk bertahan hidup.
Banyak tempat yang bernama sekolah didirikan oleh manusia untuk tempat belajar. Disana manusia mendapatkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang membuatnya menjadi seorang manusia  yang cerdas, terdidik dan terpelajar. Jenjang pendidikan dari dasar hingga level tinggi semuanya disediakan. Ditempat itu manusia ada yang bertindak sebagai guru dan ada yang menjadi murid. Guru menjadi seorang ahli yang berpengalaman dan bertugas untuk mebagikan semua ilmu kepada muridnya. Agar ilmu tersebut siap untuk dijadikan bekal dalam menjalani hidup yang lebih baik di kemudian hari demi meraih masa depan yang indah dan sejahtera. Namun belajar tidak cukup hanya sebatas di bangku pendidikan, dan guru tidak hanya manusia yang ada di sekolah dan tempat-tempat belajar saja. Alamlah GURU yang paling berharga dan mulia, guru yang sangat besar. “Alam Takambang Jadi Guru”, begitulah bunyi pepatah minang untuk menggambarkan kehebatan alam.
Semua hal dari alam bisa dijadikan pelajaran dan contoh. Semua yang kita lihat dan kita rasakan bisa menjadi ilmu yang sangat hebat bila dicontoh, dipelajari, dan dipahami. Alam menyediakan semuanya, tidak hanya teori namun juga pengalaman. Dan pengalaman akan bisa menjadi pelajaran yang sangat beharga dan tidak bisa dilupakan.
Pengalaman hanya bisa didapat jika kita mau beranjak keluar dari dalam rumah tempat kita berlindung, membuka mata untuk melihat betapa besar dan indah nya dunia, alam semesta yang dianugerahkan Allah SWT ini. Lihat dan rasakan semua yang disajikan alam, dan ambil sebagai pelajaran bagi diri serta kehidupan kita. Disana akan ditemukan semua jawaban dari semua hal yang selalu mejadi pertanyaan dalam diri. Jangan takut kotor atau lecet dan berdarah saat berhubungan dengan alam, karena itu akan menjadi sebuah pelajaran beharga dalam hidup. Semakin sering kita melangkah untuk mengambil dan mendapatkan pelajaran dari alam, maka semakin banyak pengalaman yang didapat. Dan semakin banyak pengalaman akan semakin mempermudah kita menjalani kehidupan.
Semua cara dan model dapat ditemukan di alam. Mulai dari cara beradaptasi dengan lingkungan hingga cara bertahan dalam hidup. Semua kegiatan yang terjadi di alam dapat dijakan pelajaran untuk kita berkembang menjadi lebih baik setiap saat. Ada banyak hal yang tidak pernah dijabarkan dan diajarkan dalam pendidikan formal yang akan diberikan oleh alam kepada kita. Syaratnya jangan pernah merasa puas terhadap ilmu dan gelar yang dimiliki, karena itu saja tidak cukup. “Diatas langit masih ada langit”. Orang pintar ada banyak sekali seperti bintang yang bertaburan menhiasi langit malam. Oleh karena itu, “hidup tidak harus pandai, tapi harus bapandai-pandai”, begitulah orang minang mengatakannya.

Wanita Sederhana

Siapa yang tak mengenal Umar bin Khattab. Namanya telah begitu besar sebelum dia masuk Islam. Jagoan gulat dari klan Bani ‘Adi ini telah memiliki segalanya untuk disebut pria. Gagah, terhormat, kaya, disegani. Dan setelah memeluk Islam, lengkaplah semuanya. Lebih dari seperempat dunia tercerahkan oleh Islam di bawah kepemimpinannya. Maka jadilah dia bersejarah. Berbondong-bondong orang mempelajari karakternya. Beramai-ramai orang menulis tentang dirinya.

Melegenda karena jasa-jasanya. Dikenang karena pengorbanannya. Namun adakah yang mengenal wanita dibalik orang hebat itu? Siapa yang tahu tentang sosok istri Umar bin Khattab sebesar pengetahuannya pada sosok sang khalifah? Bahkan, siapa yang mengenal dengan jelas istri-istri Rasulullah selain Aisyah dan Khadijah? Lalu apakah berarti wanita-wanita mulia itu tidak mempunyai peran atas kesuksesan suaminya? Tentu terlalu naïf jika kita berfikir demikian.
Namun dari sini kita belajar sebuah kaidah sederhana bahwa: tidak semua orang hebat memerlukan orang yang sehebat dirinya untuk menemaninya dalam berjuang. Kebanyakan dari mereka justru mempunyai istri yang sangat sederhana dan bersahaja. Karena biasanya, orang-orang yang sederhana itu mampu menerima orang lain (suaminya) sebagaimana dia adanya, bukan bagaimana dia seharusnya. Sekali lagi, dia mampu menerima orang lain sebagaimana dia adanya, bukan bagaimana dia seharusnya.  Mereka tidak banyak menuntut. Maka jadilah orang-orang yang mempunyai istri seperti ini, kapasitas mereka akan cepat berkembang. Setahu saya, orang-orang hebat itu pasti pernah melalui perjalanan panjang yang sarat dengan kegagalan. Ketika dia “menyimpan” orang-orang sederhana dibalik perjuangannya dalam menghadapi permasalahan, dia pun akan sangat cepat menemukan berbagai penyelesaian.

Coba kita pikirkan. Ketika pria-pria hebat itu berkutat dengan kegagalan  dan berusaha mencari sebuah solusi, istri yang sederhana ini hadir untuk mengatakan bahwa dia tidak menuntut suaminya menjadi apapun, dia akan selalu setia dengan kondisi sang suami. Maka hadirlah ketenangan itu. Dan dibalik ketenangan inilah, solusi-solusi itu akan datang beriringan. Setelah solusi datang berhamburan, jadilah dia yang paling cemerlang di zamannya. Dia melejit, lalu menjadi pahlawan.

Di sisi yang berbeda, walaupun tidak selamanya, orang-orang yang mempunyai kapasitas tinggi terkadang melihat orang lain dengan cara pandang bahwa mereka harus menjadi seperti apa yang dia inginkan. Atau setidaknya, tidak terlalu jauh dengan kapasitas dirinya. Dan seringkali potensi alamiah seseorang tidak akan berkembang dengan baik saat dia hidup dengan orang seperti ini. Maka orang-orang besar itu biasanya, dia tidak memerlukan istri yang seunggul dirinya. Namun mereka memerlukan istri yang tepat dengan bingkai kepribadiannya. Sekali lagi, mereka tidak butuh yang paling unggul, namun yang paling tepat.

Sebelum ini saya akhiri, mari belajar banyak dari istri seorang Buya Hamka. Tokoh inspirasi saya. Pernah suatu saat Buya Hamka diundang untuk mengisi ceramah. Sebelum beliau naik mimbar, sang pembawa acara tiba-tiba mempersilakan istri beliau untuk memberikan ceramah pembuka. Niat yang baik memang. Dia berfikir “kalau suaminya aja penceramah besar, tentu istrinya juga jago ceramah dong”. Tidak ada yang salah dari pemikiran itu. Maka majulah istri Buya Hamka. Beliau mengucapkan salam, lalu berkata “Saya tidak bisa ceramah. Saya hanyalah tukang masak dari sang penceramah”, lalu beliau turun. Sederhana. Dan kesederhanaan itulah yang membuat Hamka menjadi besar.

Jangan Suka "KEPO"

Berawal dari gaya hidup remaja zaman sekarang dengan segudang kreatifitasnya.

Bahasa = Budaya

Bahasa adalah bagian dari budaya. Sebuah kebudayaan sulit untuk digantikan apalagi dihapuskan. Butuh peran sebuah generasi dan agenda setting media untuk mempopulerkan sebuah budaya baru secara progresif. Sekilas bahasa memang tidak punya pengaruh secara langsung. Seperti virus yang bisa menggerogoti tubuh menjadi kanker, budaya juga perlu waktu untuk diadopsi. Tidak sebentar proses yang dibutuhkan agar terjadi internalisasi. Tapi jika melihat dampak justru yang akan mereka terima adalah efek jangka panjang. Seperti contoh kata bahasa gaul berikut ini:

Berasal dari bahasa hokkian.
Ke = Bertanya, Po (Apo) = Nenek2. Jadi artinya nenek2 yg suka bertanya2. Pingin tau banget gitu..
A : km lagi dimana? ngapain? sama siapa?
B : kepo banget sihh...

mau tau urusan orang lain
A : gimana kabar si sandy sama cewnya udh putus belom??
B : kepo bngt si...

Kepo itu singkatan dari kira2 Knowing Every Particular Object. Artinya ya sama maknanya kayak mau tau aja.
A :*BBM-an sama pembokat
B :*ngelirik Oi bbm siape lu?
A :Dih siapa lu? Kepo bet sih

(kata sifat) suka mencampuri urusan orang lain; gapil; usil
Asal: Bahasa Cina (Hokkian) kay poh (atau kaypo) http://www.aussiepete.com/2008/05/singlish-language-guide-for-foreigners.html
Udah, urusin aja urusan lo sendiri. Jangan suka kepo, ah.

Knowing Every Particular Object (ingin tahu setiap urusan khusus/org lain).
A:lu mau ngapaain sih ke bandung?
B:ah kepo lu, nanya" mulu.
Menurut pengertian kepo dari tinjauan pustaka di atas, disimpulkan beberapa kesimpulan mengenai jenis-jenis dari kepo. Saya juga sangat setuju mengenai tanggapan dari pemilik akun Facebook dan Twitter anak-anak gaul.
Menurut beliau, kepo dibagi 3 jenis yakni :
1. Kepo = Care
Nggak selamanya KEPO itu harus menimbulkan persepsi negatif. Misalkan ada temen, pacar, mama, papa, nenek, kakek kita yang lagi ada masalah terus kita tanya sama dia … “kamu kenapa ko diem aja ? ada masalah ya ?” itu menurut gua juga KEPO tapi dalam hal yang wajar karna bermaksud CARE sama seseorang yang kita kenal …

2. Kepo = Inisiatif
Nggak selamanya KEPO itu harus menimbulkan persepsi negatif. Misalkan ada temen, pacar, mama, papa, nenek, kakek kita yang lagi ada masalah terus kita tanya sama dia … “kamu kenapa ko diem aja ? ada masalah ya ?” itu menurut gua juga KEPO tapi dalam hal yang wajar karna bermaksud CARE sama seseorang yang kita kenal …

3. Kepo = Stadium Akhir
Inilah jenis KEPO yang paling parah, karna orang yang terjangkit KEPO STADIUM AKHIR akan melakukan apa saja untuk mengetahui apa saja yang ingin dia tau… 
 Ada orang begini dia mau tau, ada orang begini dia mau tau … kalaupun nggak ada yg ngasih tau dia bakal cari kesana kesini bahkan sampai ke twitter, facebook, google, sekolah, kampus, kamar mandi. kamar kost, de el el … KEPO STADIUM AKHIR bekerja pada siapapun yang ingin tau semua urusan yang bukan urusan dia, orang yang dia kenal bahkan …namun beliau membagi ke beberapa detail lagi tentang KEPO STADIUM AKHIR …
1. KEPO SAMA ORANG YANG MEMUSUHI DIA
2. KEPO SAMA ORANG YANG DIA SUKA
3. KEPO SAMA ORANG YANG NGGAK ADA URUSAN SAMA SEKALI SAMA DIA (INI YANG PALING PARAH)
Dari ketiga jenis di atas, yang paling parah adalah yang ketiga … karna di jenis ini … orang akan sangat senang cari tau segala jenis permasalahan orang lain entah dia kenal atau tidak… dan kadang mentertawakannya …
Kepo ini terkadang sudah menjadi suatu gaya hidup dari suatu umat, bahkan jika sudah parah kepo sudah menjadi seperti narkoba, mengakibatkan kecanduan. Jika ilmu per-kepo-an bisa dimanfaatkan dengan baik, sebenarnya ilmu ini bisa sangat berguna. Karena kepo menumbuhkan suatu sifat ingin tau dari suatu manusia. Jika sifat ingin tau sudah muncul, maka jika dikorelasikan dengan tindakan nyata positif maka akan menciptakan produk yang berkualitas.
Kepo bisa dihilangkan dengan cara konseling kepada psikolog, dan berdoa kepada yang mahakuasa.
Kesimpulannya,
Semakin besar sifat ingin tau suatu umat, maka semakin besar pula sifat kepo umat tersebut. Sehingga didapat rumus :
K = S  + M . ke
Dimana,
K = Kepo
S = Sifat ingin tau
M = Motifasi
ke = keiberanian
Semua bilangan tak berdimensi..
Berikut ini kutipan lainnya tentang apa itu "KEPO :D
Kepo adalah akronim dari Knowing every Particular Object
adalah sebutan untuk orang yang serba tahu detail dari sesuatu, apapun yang lewat di hadapannya selama itu terlihat oleh matanya walaupun hanya sekelebat
dalam beberapa kasus orang kepo adalah orang yang serba ingin tahu, bisa jadi kayak semacam kecanduan untuk tahu segala hal yang sepele dan itu bisa dia unggulkan sebagai kekuatan orang tsb
hati hati jika berhadapan dengan orang kepo,
hal yang anda sembunyikan tak lama kemudian akan muncul ke permukaan (rahasia yang bocor)
ciri ciri orang kepo :
serba ingin tahu
kadang sok tahu
mempunyai mata yang sangat amat jeli dan tajam
cikal bakal geek (evolusi sebelum orang itu jadi geek)
A: Eh, tau gak masa katanya si Rere selingkuh!
B: Serius lo? Gila tuh anak
C: *tiba tiba ikut nimbrung* Pada ngomongin apaan sih?
A&B: Kepo lo!!

kepo adalah akronim dari Knowing every Particular Object
adalah sebutan untuk orang yang Ingin tahu detail dari sesuatu
A:Lo mau kemana?,Sama sappa?
B:Kepo banget sih

kepo adalah kata bahasa hokkien tionghoa medan/tionghoa sumatera yg sering digunakan untuk memarahi,mengejek orang karna kurang kerjaan(jadi mengerjakan kerjaan yg bukan kerjaannya),sibuk tak menentu.
ane kepo e lu.artinya kurang kerjaan kali lah kau

KEPO adalah akronim dari Knowing Every Particular Object yang artinya sebutan untuk orang yang serba ingin tahu dari detail sesuatu baik yang kalau ada yang terlintas dibenaknya dia tanya terus. Hal-hal sepele ditanyain, serba ingin tau, pengen tau urusan orang lain dan sebagainya.
Contoh:
A : km lagi dimana? ngapain? sama siapa?
B : kepo banget sihh...

Kepo merupakan kepanjangan dari kata-kata dalam bahasa inggris .
namun, banyak yang tidak mengetahuinya
KEPO is Knowing Every Plural Object
atau bisa juga dikatakan (Mau tau segala macam)..
A : anak mana yaa pacarnya mantan gua skarang .
lo tau gak??
B : gak tau , lagian ngapain siih lo , KEPO bgd .

KEPO yang artinya "SOK TAU"...
ish...
KEPO bngt sch u..

ingin tahu urusan orang
a:eh pacarlu namanya siapa sih
b:kepo banget sih loh

Berasal dari bahasa hokkian.
Ke = Bertanya, Po (Apo) = Nenek2. Jadi artinya nenek2 yg suka bertanya2. Pingin tau banget gitu..
A : km lagi dimana? ngapain? sama siapa?
B : kepo banget sihh...
mau tau urusan orang lain
A : gimana kabar si sandy sama cewnya udh putus belom??
B : kepo bngt si...
Kepo itu singkatan dari kira2 Knowing Every Particular Object. Artinya ya sama maknanya kayak mau tau aja.
A :*BBM-an sama pembokat
B :*ngelirik Oi bbm siape lu?
A :Dih siapa lu? Kepo bet sih

Kata kepo berasal dari dua kata bahasa inggris menunjukkan "Care Full" artinya "Peduli banget". Kata 'Care Full' ini mengalami transformasi.
Care Full -> Ker Pol -> Kepo.
Agus: Kamu sakit ya? aku bawain buah-buahan ya kerumah kamu. :)
Kamu: Ihh makasih ya! kamu udah kepo sama aku..

Kepo > bahasa Hokian
ga dimintai bantuan eh malah bantu
ga ditanya eh malah pasang gaya tao
Nobody ask her/him lah kok nimbrung ==a sih ??
A : Eh lu da punya pacar yah =D
B : =) hehe (cm jwb dg senyum soalnya A penggosip)
C : Udah tuh, kan A jadian ama Felix, bla bla bla
Trus A diam2 marah deh, C nih kepo banget sih

pingin tau aja
A: eh emang loh mau kemana???
B: kepo banget sih loh

Mau tau bnget, suka tanya tanya
A:anak it kepo bnget y
B:iy pingin tw bnget

ya sejenis orang tukang ngurusin urusannya orang lain
ya sok mau tau
desti : mas lagi apa dimana?
sama siapa?
udah makan blm?
zulka: kepo bgt sii ... -_-

kebiasaan nenek 2 nanya2 terus
a: halo , lu lgi d mna brayyy ?
s:ah kepo lu

pengen tahu urusan orang lain.
Johnny: To, lo lagi ngapain?
Anto: kepo banget sih lo.

kepo tuh artinya mau tau bgt urusan orang
X :eh lu punya pacar baru ya ?
Y :jmau tau banget ap ?
X :iy
Y :KEPO BANGET SIH

Knowing Everything Particular Object, pingin tau segalanya gitu
A: Kok nagis sih? kenapa? siap yang nyakitin? kapan?
B: kepo banget sih lo

Berasal dari singkatan kalimat bahasa Inggris yaitu Knowing Every Particular Object,yang berarti ingin mengetahui segalanya hingga ke hal-hal yang detail.Di dalam bahasa Bangka juga terdapat kepo yang memiliki arti sama.Digunakan pada saat menanggapi(respons) kepada orang yang ingin mengetahui apa yang kita/orang lain lakukan atau miliki.
KEPO banget lo masa kaya gitu aja mau tau!

Kepo berasal dari kata Kaypoh. Bahasa Hokkien yang banyak dipake di Singapura dan sekitarnya. Sama seperti fudul, kepo berarti ingin tahu, mencampuri urusan orang lain, dan nggak bisa diam. Kata ini punya konotasi yang rada negatif. " Dia udah putus belom sama sih sama ceweknya?""Iiih, kep banget si loo!".
a:eh itu apa??
b:mau tau aja urusan orang
a:kasih tau dong...
b:ih Kepo banget sih loooo!!!

Singkatan dari Know Everything Personal Object. yang artinya pengen tau semuanya gitu
A : Nama fb lu apa? Nama twitter? Pin BB?
B : Kepo banget sih lu

Kepo itu artiny pingin tw masalah orang trus....
a: hay sob lge ngapain tadi di rumah....
b:gk ngapa"in,kepo aja lo

Ke Po itu asalnya dari bahasa Hokkian.
Ke = Ayam , Po = nenek-nenek/wanita paruh baya ke atas
atau dalam Mandarinnya, sbb:
鸡婆
jī pó
traditional: 雞婆
· busybody
Busybody adalah arti yang tepat atau dalam bahasa Indonesianya = Orang Usil
Usil sendiri mempunyai arti: mencampuri urusan orang lain.
Kepo sendiri suka dialamatkan bagi orang yang suka mencampuri urusan orang lain dalam makna konotasi negatif.
A: Eh, liat tuh, si Mika berduaan dgn Andi, pasti ada apa-apanya.
B: Kepo banget sih lu
A: Kenapa yah Pak Lurah sering ke rumah bu Minah?
B: Bukan urusan lu, jangan kepo

suka ikut campur urusan org
kepo itu biasanya dilandasi rasa cemburu. misal,si A adalah mantan pacar si B Nmun si A Msih punya perasaan walaupun udah mantan. si B SBuk sms an sama si c. si A nanya k si B,eeh kamu smsan sama siapa sech. jdi si B brkata kepo bngetz sech
ingin tau urusan orang lain
A: horee pacarku mau dateng
X: emang dateng dari mana? ciee ciee
A: ih kepo banget sih...

Saturday 11 October 2014

Supply Chain Management System (SCM System)

Modul 1 : Download 
Modul 2 : Download
Supply Chain adalah sebuah sistem yang melibatkan proses produksi , pengiriman, penyimpanan , distribusi dan penjualan produk dalam rangka memenuhi permintaan akan produk tersebut. Supply chain didalamnya termasuk seluruh proses dan kegiatan yang terlibat didalam penyampaian produk tersebut sampai ketangan pemakai (konsumen). Semua itu termasuk proses produksi pada manufaktur, sistem transportasi yang menggerakkan produk dari manufaktur sampai ke outlet retailer,gudang tempat penyimpanan produk tersebut , pusat distribusi tempat dimana pengiriman dalam party besar dibagi kedalam party kecil untuk dikirim kembali ke toko-toko dan akhirnya sampai ke retailer yang menjual produk-produk tersebut.
Tujuan dari supply chain adalah untuk memastikan sebuah produk berada pada tempat dan waktu yang tepat untuk memenuhi permintaan konsumen tanpa menciptakan stok yang berlebihan atau kekurangan. Sebuah operasi yang effisien dari supply chain tergantung pada lengkap dan akuratnya aliran data yang berhubungan dengan produk yang diminta dari retailer kepada buyer , sistem transportasi dan kembali ke manufaktur.
Dalam rangka memenuhi stok barang yang tersedia untuk retailer, manufaktur harus menentukan jumlah produk yang diproduksi pada waktu tertentu. Dengan demikian berarti manufaktur harus meramalkan/ membuat perkiraan jumlah penjualan. Ramalan ini digunakan untuk memperkirakan jumlah dan jenis bahan mentah yang harus dibeli, pengapalan dan waktu pengiriman untuk bahan mentah tersebut dan waktu yang dibutuhkan untuk proses di manufaktur. Kemudian barang yang sudah jadi disimpan didalam gudang sampai diorder oleh distributor. Distributor membeli produk dari manufaktur dalam jumlah yang besar dan mungkin barang tersebut dimuat dalam truck, pallet atau kemasan lain dari produk tersebut. Pada saat distributor menerima pengiriman , kemudian dipecah menjadi pengiriman yang lebih kecil untuk dikirim ke retailer.
Sebagai contoh:
Seorang distributor membeli lima pallet masing-masing berisi 1000 karton juice merk "ABC". Setiap karton berisi 24 kaleng juice, kemudian distributor membongkar pallet menjadi bagian karton-karton yang terpisah dan mengirim 334 karton ke retailr A dan 558 karton ke retailer B dan 108 sisanya disimpan sebagai stok persediaan. Retailer membongkar karton tersebut mejadi 24 bagian masing-masing item yang akan didisplay untuk dijual. Persediaan yang tidak muat di rak penjualan kemudian disimpan diruang penyimpanan stok untuk dijual pada waktu yang akan datang.

Munculnya SCM dilatar belakangi oleh 2 hal pokok, yaitu:

1.         Praktek manajemen logistik tradisional yang bersifat adversarial pada era modern ini sudah tidak relevan lagi, karena tidak dapat menciptakan keunggulan kompetitif 
2.         Perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat dengan persaingan yang semakin ketat. Perkembangan lingkungan industri yang dinamis pada era global seperti sekarang ini menjadi pemicu bagi banyak organisasi perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki, serta mengidentifikasi faktor kunci sukses untuk unggul dalam persaingan yang semakin kompetitif.